Jakarta (ANTARA) - Pihak pengelola sekolah di wilayah Jakarta Barat memeriksa kesehatan murid secara rutin sebulan sekali sebagai upaya pencegahan penyebaran hepatitis akut terhadap murid selama Pembelajaran Tatap Muka (PTM).

"Jadi puskesmas kelurahan setiap bulan datang ke sekolah memantau kesehatan anak dan memberikan imunisasi atau vaksin," kata Kepala Sekolah Dasar Negeri 11 Grogol, Limah Yuhana, saat dihubungi di Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pemkot Jakarta Utara anjurkan siswa kurang sehat untuk tidak ikut PTM

Limah menyebutkan upaya tersebut merupakan inisiatif dari pihak sekolah karena belum ada arahan terkait hepatitis akut dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta mapun Suku Dinas Pendidikan Jakarta Barat.

Upaya lain yang dilakukan Limah antara lain imbauan bagi guru dan pelajar agar menjaga kebersihan, kesehatan tubuh, tidak menyarankan jajan sembarangan, dan mengkonsumsi makanan bergizi.

Upaya yang sama juga dilakukan Kepala Sekolah Dasar Negeri 03 Duri Kepa, Sri Sumiati yang memberikan imbauan kepada murid untuk mematuhi protokol kesehatan dan menjaga kebersihan lingkungan.

Ke depan, pihaknya berencana untuk membuat satgas khusus untuk menangani siswa yang terpapar hepatitis akut saat PTM berlangsung.

"Mungkin ke depan Insya Allah kita buat satgas khusus seperti Satgas COVID-19" ujar  dia.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengungkapkan, mayoritas pengidap penyakit diduga hepatitis akut di Ibu Kota berusia di bawah 16 tahun.

"Dari 21 kasus, 14 orang termasuk tiga yang meninggal berusia kurang dari 16 tahun," kata Riza Patria di Balai Kota Jakarta, Kamis.

Baca juga: Pakai masker hingga cuci tangan bisa bantu anak cegah hepatitis

Sedangkan tujuh kasus dugaan hepatitis akut lainnya, lanjut dia, berusia di atas 16 tahun.

Ia menambahkan sebanyak 14 kasus tersebut masih dalam proses penyelesaian pemeriksaan hepatitis.

Dengan demikian, 14 orang tersebut masih belum masuk klasifikasi mengidap hepatitis A hingga E.

"Belum semua lengkap jenis pemeriksaan hepatitis A hingga E sehingga semua kasus masih berstatus 'pending classification'," ucapnya.

Sedangkan tujuh orang lain karena berusia di atas 16 tahun tidak masuk kriteria Badan Kesehatan Dunia (WHO) sebagai kewaspadaan hepatitis akut berat yang belum diketahui penyebabnya.

Sementara itu, WHO melalui laman resmi who.int, pada Sabtu (23/4) menyebutkan adanya kasus hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya menyerang anak-anak.

Kasus yang disebut WHO sebagai wabah penyakit tersebut dilaporkan terjadi di 11 negara dengan jumlah laporan per 21 April 2022 mencapai 169 kasus.


Pewarta : Walda Marison
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024