Manado (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan penetrasi kredit di Indonesia masih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara.

"Nah, kalau kita lihat penetrasi kredit Indonesia di Asia Tenggara baru sebesar lima persen,” kata Ketua Bidang Edukasi dan Riset AFPI Entjik Djafar, dalam sosialisasi "OJK Goes to Sulut" yang dihadiri oleh beberapa UMKM dari Sulawesi Utara via Zoom, di Manado, Kamis.

Djafar mengatakan Sebenarnya Kebutuhan kredit di Indonesia itu sebesar Rp2.650 Triliun tetapi baru bisa disalurkan oleh Lembaga Jasa Keuangan (LJK) sekitar Rp1000 triliun sehingga masih ada kekurangan Rp 1.650 Triliun.

Kesenjangan tersebut dapat dibilang sangat besar. Angka yang disalurkan Oleh para LJK masih tidak cukup sehingga tercipta "Gap" yang signifikan pada angka Rp1.650 Triliun per tahunnya.

Salah satu penyebab Gap kredit ini seperti yang dikatakan Djafar, selisih penyaluran dan kebutuhan tadi karena adalah aspek risiko. Banyak LJK yang belum berani karena resikonya cukup tinggi sehingga meminta jaminan dan sebagainya.
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw/Aurelio VM Tumiwa
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024