Tomohon, (Antara Sulut) - Akses transportasi yang memakan waktu hingga berjam-jam, sering terkendala cuaca dalam distribusi bahan pangan hingga ketiadaan dokter sampai berbulan-bulan, adalah beberapa potret hidup daerah perbatasan.
Situasi inilah yang menjadi keprihatinan Putri Kota Tomohon 2102, Nikita Ester Lengkey, di Tomohon, Kamis.
Pulau Miangas di Kecamatan Miangas, Kabupaten Talaud dan Pulau Marore, Kecamatan Marore, Kabupaten Sangihe, Sulut, menempatkan diri sebagai pulau terluar dan berbatasan sangat dekat dengan negara tetangga, Filipina.
"Seberapa kuat dan serius bangsa ini memperhatikan dan menempatkan mereka berdiri sejajar dengan pulau-pulau lainnya, itu juga yang nantinya akan menentukan bagaimana wajah sesungguhnya dari pulau-pulau terluar ini," kata Nikita Ester Lengkey, Putri Tomohon tahun ini.
Padahal, kata dia, presiden dalam peraturan Nomor 78 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Terluar mengisyaratkan peningkatan kesejahteraan di wilayah ini.
Karena itu, keterbatasan akses transportasi dan minimnya pelayanan kesehatan, pendidikan serta sarana dan prasarana, semestinya secara perlahan dipangkas dengan memberikan porsi anggaran yang lebih dibanding sebelumnya. Misalkan, menambah frekwensi pelayaran yang melayani pulau-pulau terluar serta penambahan armada pelayaran untuk akses ekonomi dan masyarakat dari dan menuju pulau-pulau terluar.
"Ke depan, untuk ke Pulau Miangas mungkin tidak perlu memakan waktu enam sampai tujuh jam karena bisa disediakan kapal cepat. Atau bahkan tak perlu menunggu sampai dua pekan agar mendapatkan jadwal pelayaran," ujarnya.
Dari sisi potensi, kata siswi bertubuh semampai ini, "kita" tak perlu ragu karena potensi perikanan lokal dan sebaran tumbuh pohon kelapa cukup banyak, dan bisa menghidupi warga di pulau ini.
Bahkan mungkin bila dikelola secara profesional dengan sentuhan peralatan modern, produksinya bisa lebih meningkat dan tidak terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keseharian warga setempat.
"Sudah saatnya pemerintah memberikan perhatian bagi pulau-pulau ini," ajak Nikita, belia yang masih duduk di bangku kelas II SMA Kristen I Tomohon ini.
Tak hanya itu, kata calon Paskibra Provinsi Sulawesi Utara utusan Kota Tomohon, menjadikan daerah perbatasan atau pulau-pulau terluar sebagai beranda Indonesia, sulit diwujudkan apabila cara pandang masih menempatkan mereka sebagai pulau terisolasi, terpencil dan belum saatnya disentuh perubahan.
"Secara perlahan pemerintah mulai memberi perhatian bagi warga di pulau terluar dan perbatasan seperti membangun fasilitas sekolah, kesehatan dan transportasi. Tapi saya harap tidak berhenti sampai di situ. Sumberdaya manusia juga harus mendapatkan perhatian serius," ujar sulung dari tiga bersaudara kelahiran 6 Mei 1995 ini.