Manado, (Antara Sulut) - Asosiasi Petani Kelapa Sulawesi Utara (Apeksu) mengkhawatirkan pohon kelapa habis ditebang dan dijual dalam bentuk kayu.
"Pemerintah harus secepatnya mencari solusi, kalau tidak petani pemilik pohon kelapa akan terus menjual produk tersebut dalam bentuk kayu," kata Ketua Apeksu George Umpel di Manado, Sabtu.
Ia mengatakan, langkah petani menebang kemudian menjualnya kepada pedagang kayu, tidak bisa dihindari, karena petani merasa pendapatan dari menjual produk hasil kelapa seperti kopra tetap tidak mampu menutupi semua kebutuhan rumah tangga.
"Salah satu kebijakan yang perlu dimatangkan yakni memperbanyak produk turunan kelapa, terutama yang mempunyai nilai ekonomis tinggi," katanya.
Banyak produk turunan kelapa yang masih bisa dikembangkan pemerintah, salah satunya kopra putih.
"Kopra putih merupakan produk bernilai ekonomis tinggi, karena harganya dua kali lipat ketimbang kopra asapan, karena itu pemerintah perlu memberdayakan petani mengolah komoditas ini," kata George.
Komoditas kopra putih saat ini berkisar Rp1,25 juta per kuintal, sementara kopra asapan hanya Rp600 ribu per kuintal, perbedaan harga ini merupakan peluang meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga mereka tidak merusak tanaman.
"Kalau petani merasa pohon kelapa menghasilkan pendapatan cukup untuk kebutuhan hidup mereka, pasti tidak akan mengizinkan tanaman kelapa ditebang," kata George.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, banyak petani kelapa di Sulut menjual pohon kelapa milik mereka untuk ditebang menjadi kayu kelapa.
Joudi, salah satu pengepul kayu kelapa di Minahasa mengaku membeli pohon kelapa dari petani Rp70 ribu per pohon untuk ditebang memenuhi permintaan pembeli kayu asal Surabaya, Jawa Timur.
"Pemerintah harus secepatnya mencari solusi, kalau tidak petani pemilik pohon kelapa akan terus menjual produk tersebut dalam bentuk kayu," kata Ketua Apeksu George Umpel di Manado, Sabtu.
Ia mengatakan, langkah petani menebang kemudian menjualnya kepada pedagang kayu, tidak bisa dihindari, karena petani merasa pendapatan dari menjual produk hasil kelapa seperti kopra tetap tidak mampu menutupi semua kebutuhan rumah tangga.
"Salah satu kebijakan yang perlu dimatangkan yakni memperbanyak produk turunan kelapa, terutama yang mempunyai nilai ekonomis tinggi," katanya.
Banyak produk turunan kelapa yang masih bisa dikembangkan pemerintah, salah satunya kopra putih.
"Kopra putih merupakan produk bernilai ekonomis tinggi, karena harganya dua kali lipat ketimbang kopra asapan, karena itu pemerintah perlu memberdayakan petani mengolah komoditas ini," kata George.
Komoditas kopra putih saat ini berkisar Rp1,25 juta per kuintal, sementara kopra asapan hanya Rp600 ribu per kuintal, perbedaan harga ini merupakan peluang meningkatkan kesejahteraan petani, sehingga mereka tidak merusak tanaman.
"Kalau petani merasa pohon kelapa menghasilkan pendapatan cukup untuk kebutuhan hidup mereka, pasti tidak akan mengizinkan tanaman kelapa ditebang," kata George.
Dalam beberapa bulan terakhir ini, banyak petani kelapa di Sulut menjual pohon kelapa milik mereka untuk ditebang menjadi kayu kelapa.
Joudi, salah satu pengepul kayu kelapa di Minahasa mengaku membeli pohon kelapa dari petani Rp70 ribu per pohon untuk ditebang memenuhi permintaan pembeli kayu asal Surabaya, Jawa Timur.