Manado (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) terus mendorong peningkatan produksi kelapa, sehingga mampu memenuhi kebutuhan lokal yang belum tercukupi.
"Produksi kelapa saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan industri olahan, sehingga masih mendatangkan dari luar," kata Wakil Gubernur Sulut, Victor Mailangkay di Manado, Sabtu.
Saat ini, provinsi ujung utara Sulawesi tersebut memiliki areal tanaman kelapa seluas 264.677 hektare yang mampu produksi sebanyak 266.053 ton, sementara tingkat produktivitas 1.248 kilogram per hektare.
Jumlah petani pengolah kelapa diperkirakan sebanyak 198.434 orang, di mana areal yang mampu menghasilkan seluas 213.059 hektare.
Sementara, tanaman kelapa yang belum menghasilkan dan tanaman kelapa yang sudah tua atau rusak diperkirakan seluas 22.376 hektare.
Data Dinas Perkebunan Daerah Provinsi Sulawesi Utara, sejak tahun 2021 hingga 2024, peremajaan tanaman kelapa melalui dana APBN dan APBD seluas satu hektare dengan jumlah bibit kelapa 300.100 cikal.
"Nilai ekspor produk turunan kelapa tahun 2024 sebanyak Rp2.554.955.777.882 atau 89,49 persen dari nilai ekspor Sulut,” kata Wagub.
Di sisi lainnya, jumlah ekspor produk turunan kelapa di tahun 2024 tersebut paling banyak yaitu minyak kelapa 67,36 persen, kelapa parut 12,54 persen, bungkil kelapa 12,54 persen.
Selanjutnya, air kelapa 2,76 persen, minyak kelapa mentah 2,35 persen, santan kelapa 1,64 persen, tepung kelapa 0,81 persen dan kelapa tempurung 0,2 persen.
"Pemerintah provinsi bersama para pemangku kepentingan harus berkoordinasi terkait peningkatan produksi kelapa di Bumi Nyiur Melambai ini," ajak Wagub.