Manado (ANTARA) - Politeknik Negeri Manado, melaksanakan program kemitraan masyarakat (PKM) di Desa Tola, Tabukan Utara, Sangihe, Sulawesi Utara, dalam bentuk pelatihan desain produk kemasan kue tradisional.
"Pelatihan membuat desain produk kemasan kue tradisional bagea dan bangket, diberikan kepada kelompok teratai, di desa Tola, sebagai bentuk pengabdian masyarakat," kata Ketua Tim PKM, Arthur Karwur, SE, MSi, di Manado.
Arthur, bersama Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Manado, Martine Lapod, SE, MSi dan Jeane Maramis, SE, MSi, mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (11/9), dan melibatkan mahasiswa program studi Manajemen Bisnis.
Sementara Ketua Jurusan administrasi bisnis, Martine Lapod SE, MSi, mengatakan, kegiatan pelatihan mencakup bagaimana menciptakan kemasan makanan yang memiliki daya tarik dan keamanan produk makanan.
"Juga memperbaiki produk kemasan yang tradisional menjadi kemasan produk yang memiliki daya jual tinggi," kata Lapod.
Lapod menambahkan, memperbaiki produk kemasan, maka bisa menjadi produk makanan khas daerah dan menjadi buah tangan atau ole-oleh dari Tahuna.
Lapod menjelaskan, berdasarkan pengamatan, masyarakat yang membuat kue bagea dan bangket yang berbahan baku sagu di desa Tola, Kecamatan Tabukan Utara ini banyak.
Hasil produk tersebut, katanya, dipasarkan langsung ke pasar rakyat, pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu, sedangkan sebagian lagi dijual saat ada pesanan seperti hari keagamaan yakni lebaran atau natal.
"Kemasan yang digunakan produk makanan masih sangat sederhana, karena hanya berupa bahan plastik transparan yang tipis dengan perekat menggunakan panas dari lilin yang di bakar, dan itu tidak menarik serta membuat produk makanan tidak tahan lama," katanya.
Karena itu menurutnya, maka tim PKM manajemen bisnis memberi solusi pengembangan produk kemasan yang memiliki nilai jual.
Solusinya, kata Lapod adalah dengan memberikan pengetahuan model kemasan, syarat-syarat kemasan makanan yang baik, dan cara pengemasan produk.
"Nantinya produk tersebut dapat dijadikan sebagai buah tangan khas lokal dari desa Tola Kecamatan Tabukan Utara, kabupaten Sangihe," katanya.**
"Pelatihan membuat desain produk kemasan kue tradisional bagea dan bangket, diberikan kepada kelompok teratai, di desa Tola, sebagai bentuk pengabdian masyarakat," kata Ketua Tim PKM, Arthur Karwur, SE, MSi, di Manado.
Arthur, bersama Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Manado, Martine Lapod, SE, MSi dan Jeane Maramis, SE, MSi, mengatakan, kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (11/9), dan melibatkan mahasiswa program studi Manajemen Bisnis.
Sementara Ketua Jurusan administrasi bisnis, Martine Lapod SE, MSi, mengatakan, kegiatan pelatihan mencakup bagaimana menciptakan kemasan makanan yang memiliki daya tarik dan keamanan produk makanan.
"Juga memperbaiki produk kemasan yang tradisional menjadi kemasan produk yang memiliki daya jual tinggi," kata Lapod.
Lapod menambahkan, memperbaiki produk kemasan, maka bisa menjadi produk makanan khas daerah dan menjadi buah tangan atau ole-oleh dari Tahuna.
Lapod menjelaskan, berdasarkan pengamatan, masyarakat yang membuat kue bagea dan bangket yang berbahan baku sagu di desa Tola, Kecamatan Tabukan Utara ini banyak.
Hasil produk tersebut, katanya, dipasarkan langsung ke pasar rakyat, pada hari Selasa, Kamis dan Sabtu, sedangkan sebagian lagi dijual saat ada pesanan seperti hari keagamaan yakni lebaran atau natal.
"Kemasan yang digunakan produk makanan masih sangat sederhana, karena hanya berupa bahan plastik transparan yang tipis dengan perekat menggunakan panas dari lilin yang di bakar, dan itu tidak menarik serta membuat produk makanan tidak tahan lama," katanya.
Karena itu menurutnya, maka tim PKM manajemen bisnis memberi solusi pengembangan produk kemasan yang memiliki nilai jual.
Solusinya, kata Lapod adalah dengan memberikan pengetahuan model kemasan, syarat-syarat kemasan makanan yang baik, dan cara pengemasan produk.
"Nantinya produk tersebut dapat dijadikan sebagai buah tangan khas lokal dari desa Tola Kecamatan Tabukan Utara, kabupaten Sangihe," katanya.**