Manado (ANTARA) - Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika berkolaborasi dengan Ruangguru berupaya meningkatkan kualitas pendidikan dari daerah terdepan, terluar, tertinggal (3T).

"Daerah 3T yang dianggap tidak menarik secara komersil oleh para operator selular kini mulai bersinar setelah BAKTI Kominfo hadir di daerah tersebut," ujar Direktur Layanan Masyarakat dan Pemerintah BAKTI Danny J. Ismawan dalam rilis yang diterima di Manado, Jumat.

Dia menyatakan tugas utama BAKTI adalah membangun dan menyediakan infrastruktur telekomunikasi di wilayah non komersil dan mendorong hadirnya ekosistem digital.

Ada enam program yang harus dilaksanakan oleh BAKTI, yakni pembangunan BTS, penyediaan satelit multifungsi, membangun ekosistem digital, penyiaran, palapa ring, dan penyediaan akses internet.

Menurut Danny, kondisi pandemi saat ini secara tidak langsung memberi hikmah tersendiri di sektor telekomunikasi.

“Yang pertama, momentum pandemi menjadi bukti keseriusan pemerintah atas tuntutan masyarakat terhadap pemerataan jaringan telekomunikasi dengan beberapa langkah percepatan transformasi digital. Dan, yang kedua, kita mengalami tantangan terberat di adopsi teknologi. Kita secara tidak langsung dipaksa untuk memahami dan dapat menggunakan teknologi agar tidak semakin tertinggal, khususnya masyarakat di daerah terpencil,” jelasnya.

Kehadiran internet di daerah 3T bagai pedang bermata dua bagi masyarakat, bisa berdampak positif maupun negatif.

"BAKTI memiliki tanggung jawab moril untuk memberi edukasi ke masyarakat agar bijak dalam memanfaatkan teknologi. Secara umum ada empat sektor prioritas yang didukung dalam kaitan literasi digital yang dilakukan BAKTI, yakni pendidikan, UMKM, pariwisata, dan kesehatan," katanya.

Pada sektor pendidikan, secara khusus BAKTI menggandeng perusahaan teknologi Ruangguru untuk melakukan program 'Indonesia Teaching Fellowship' (ITF) atau pengembangan kompetensi guru.

Kerja sama ini kini telah memasuki tahun kedua, tahun pertama periode 2019—2020 diikuti 206 guru dari wilayah Kabupaten Sorong, Papua Barat dan Kabupaten Sangihe (Sulawesi Utara), sedangkan tahun kedua ini peserta 80 guru dan 80 siswa kelas 3 SMA dari Kabupaten Asmat, Papua dan Kabupaten Ende (NTT).

'Head of Public Policy' Ruangguru, Amri Ilmma menyampaikan, pemilihan daerah peserta program ini berdasarkan nilai uji kompetensi guru di daerah tersebut tergolong rendah dibanding daerah lain, jauh di bawah rata-rata yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dia berharap, guru-guru di daerah terpencil ini tidak kalah kualitasnya dengan guru yang ada di kota besar.

“Program pelatihan yang dilaksanakan selama satu tahun ini meliputi kompetensi pedagodik, kompetensi mata pelajaran, kepribadian dan kepercayaan diri, sosial pengajaran, dan penggunaan teknologi untuk pengajaran,” jelas Amri.

Hasil kolaborasi BAKTI—Ruangguru tentu tidak percuma, hal ini nyata dirasakan oleh Juinar Usman, Kepala Sekolah SMA 1 Tabukan Utara, Sangihe.

Juinar mengatakan, sembilan guru yang menjadi alumni program ITF periode pertama memberi semangat baru bagi guru-guru lain di lingkungan sekolahnya.

“Guru yang ikut program memotivasi guru-guru lain dengan membagi pengetahuan tentang konten pembelajaran yang menarik, efektif, dan efisien. Sistem belajar menjadi makin inovatif. Kami juga berhasil menyelenggarakan ujian sekolah berbasis Android dengan menggunakan Google Form,” ungkapnya bangga.

Pendidikan hanyalah salah satu sektor kehidupan yang terbantu atas hadirnya pemerataan jaringan internet di Indonesia, banyak sektor yang dapat ditingkatkan agar berdampak positif bagi masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di daerah 3T.

Karena itu, kata dia, dibutuhkan kerja sama dari banyak pihak untuk menyukseskan program percepatan transformasi digital ini.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024