Mamuju (ANTARA Sulsel) - Tokoh Nasrani di Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) menyatakan bela sungkawa sedalam-dalamnya atas wafatnya mantan Presiden RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

"Gus Dur adalah motivator bagi umat beragama di Provinsi Sulbar, untuk selalu membangun kerukunan antarumat beragama yang majemuk di wilayah ini, sehingga tidak tecerai-berai karena konflik," kata tokoh agama Nasrani Provinsi Sulbar, Pendeta Kalvin Kalambo di Mamuju, Kamis.

Sehingga, kata dia, umat beragama yang sangat majemuk karena terdiri dari berbagai macam agama, suku, dan ras, hubungan antarumat beragama daerah ini dapat terjalin dengan baik dan mereka hidup berdampingan dengan baik tanpa terjadi perpecahan.

Menurut Kalvin, yang juga anggota DPRD Sulbar, gagasan dan pemikiran Gus Dur tentang penghargaan terhadap pluralisme, yakni mencintai keberagaman dalam kehidupan manusia, sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan beragama yang berlansung baik di daerah ini.

"Curahan pemikiran Gus Dur tersebut cukup diserapi masyarakat daerah ini, sehingga di antara mereka dapat saling memahami dan menghargai ajaran agama masing-masing, serta bersuku-suku dan menghargai ras masing-masing, itu adalah wujud kebangsaan yang telah diberikan dari pemikiran Gus Dur kepada kita di masa hidupnya," katanya.

Ia mengatakan Gus Dur merupakan sosok pemimpin beragama yang sangat universal dan plural karena sangat toleran terhadap seluruh umat beragama, dan selalu membela mereka yang utamanya berada pada golongan yang minoritas, karena dia lebih menyintai persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini di atas segalanya.

Ia juga mengatakan, Gus Dur adalah Bapak Demokrasi Bangsa, berkat perjuangannya pula sehingga membawa bangsa ini tetap terintegrasi dan utuh menjadi bangsa yang tetap jaya dan besar dengan bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Gus Dur banyak menjadi panutan semua orang selama memimpin bangsa ini, karena itu beliau harus digelari pahlawan nasional," ujarnya.

Gus Dur wafat hari Rabu pukul 18.45 WIB di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta, di usianya yang ke-68 dan telah dimakamkan disamping makam kakeknya KH Hasyim Ashari di Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

(PK-MFH)


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024