Lebak (ANTARA) - Sejumlah petani di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten mengembangkan tanaman porang guna mendongkrak pendapatan ekonomi keluarga, karena permintaan pasar ekspor cenderung meningkat.

"Kami yakin dengan tingginya permintaan ekspor dipastikan menguntungkan dari tanaman porang itu," kata Wawan (61) seorang petani di Blok Narimbang Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Kamis.

Pengembangan budi daya tanaman porang di Kabupaten Lebak memiliki prospek cukup cerah dan menjanjikan peningkatan pendapatan ekonomi keluarga.

Saat ini, kata dia, petani di sini mengembangkan budi daya tanaman porang karena tingginya permintaan ekspor.

Produk umbi porang itu diolah menjadi tepung dan dapat diekspor ke sejumlah negara, seperti Jepang, China, Taiwan dan Korea Selatan.

Tepung umbi porang dapat dijadikan bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen dan mereka penampung umbi porang itu dipasok ke perusahaan di Jakarta.

Tanaman porang itu bisa dipanen dari umbinya itu setelah dua tahun dengan rata-rata produktivitas sebanyak delapan ton/hektare.

"Jika harga umbi porang itu Rp10 ribu/Kg maka pendapatan petani mencapai Rp80 juta dengan biaya produksi sekitar Rp20 juta/hektare," katanya menjelaskan.

Menurut dia, pendapatan dari usaha tanaman porang itu tentu sangat menguntungkan, karena buahnya juga bisa menghasilkan ekonomi.

Saat ini, kata dia, harga buah porang dijual Rp250 ribu/Kg untuk dibudidayakan benih oleh para petani.

Apabila, buah porang itu sebanyak 20 kilogram/hektare dengan harga Rp250 ribu dipastikan petani dapat menghasilkan Rp5juta/hektare.

"Kami berharap pengembangan tanaman porang bisa meningkatkan pendapatan kesejahteraan keluarga," kata Wawan.

Ia mengatakan, dirinya mengembangkan tanaman porang dengan menggunakan pupuk organik dari kompos dan kotoran ternak tanpa pupuk kimia.

Sebetulnya, kata dia, tanaman porang itu masuk jenis tanaman liar dan bisa ditemukan di pekarangan rumah maupun di hutan sebagai makanan ular.

Namun, saat ini tanaman porang tersebut dapat mendongkrak pendapatan ekonomi petani.

"Kami mengembangkan tanaman porang bisa menyerap lima tenaga kerja itu," katanya menjelaskan.

Begitu juga Iwan (40) seorang petani warga Cibadak Kabupaten Lebak mengatakan dirinya kini mengembangkan budi daya tanaman porang seluas satu hektare guna meningkatkan pendapatan ekonomi.

Saat ini, budidaya tanaman porang sudah memasuki usia tanam tiga bulan dari tanam November 2020.

Tanaman porang itu relatif besar nilai investasi hingga Rp20-25 juta/ hektare juga perawatan dan pemeliharaan harus baik.

"Kami mengelola tanaman porang itu tentu bisa membantu ibu-ibu di sini bisa bekerja,sebab jika dikelola sendiri sangat kerepotan," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lebak Rahmat Yuniar mengatakan pemerintah daerah mendorong petani dapat mengembangkan tanaman porang guna meningkatkan pendapatan ekonomi,terlebih saat ini pandemi COVID-19.

"Kami berharap petani bisa mengembangkan budidaya tanaman porang menjadikan andalan ekonomi, selain pertanian pangan itu," katanya.
 

Pewarta : Mansyur suryana
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024