Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Kota Manado dan Kotamobagu pada tahun 2021 nanti berada di angka tiga persen plus minus satu persen.

"Adanya perbaikan ekonomi akibat COVID-19 di tahun 2021 memberi dampak juga pada inflasi," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat, di Manado, Sabtu.

Pada tahun 2021, katanya, tekanan inflasi diperkirakan akan meningkat seiring berlangsungnya proses pemulihan 
perekonomian Sulut. 

Membaiknya konsumsi rumah tangga diperkirakan dapat mendorong permintaan 
terhadap komoditas-komoditas strategis sehingga berisiko menimbulkan situasi terjadinya pembalikan harga. 

Berakhirnya stimulus perekonomian diperkirakan akan memberikan tekanan inflasi terutama bersumber dari tarif angkutan udara dan tarif listrik. 

Selain itu, katanya, potensi tekanan inflasi juga disumbang sub kelompok tembakau akibat tertahannya kenaikan harga rokok 
pada tahun 2020.

Dia mengatakan pada tahun 2020 BI  memperkirakan inflasi akan berada pada rentang 0,0 ± 1 perseb (yoy) di Manado dan 3,0 ± 1 persen (yoy) di Kotamobagu. 

Sejalan dengan perlambatan perekonomian Sulut, tekanan inflasi cenderung rendah baik di Manado maupun Kotamobagu. 

Tertahannya realisasi konsumsi rumah tangga ditengah meningkatnya produksi komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi,menyebabkan stok komoditas berlebih di pasar sehingga harga cenderung mengalami penurunan. 

Hal ini terutama terjadi di Manado yang tercermin dari perubahan pola musiman inflasi, yang cenderung rendah pada periode Ramadhan dan Idul Fitri pada tahun 2020 bila dibandingkan dengan periode yang 
sama tahun-tahun sebelumnya. 

Kebijakan stimulus konsumsi pemerintah ikut menekan harga-harga terutama harga-harga komoditas administered priceseperti tarif angkutan udara dan tarif listrik. 

Sementara itu, katanya, di Kotamobagu tekanan inflasi relatif sedikit lebih tinggi dibandingkan Manado dengan sumbangan komoditas yang lebih variatif. 
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024