Minahasa Tenggara (ANTARA) - Sejumlah kuliner di Kabupaten Minahasa Tenggara, Sulawesi Utara memilih menutup usahanya setelah omzet penjualan mengalami penurunan tajam akibat adanya pemberlakuan pembatasan aktivitas di luar rumah.
"Memang dampak dari COVID-19 sangat terasa bagi kami selaku pelaku usaha. Apalagi saat ini berdasarkan instruksi dari pemerintah untuk meliburkan aktivitas kerja dan warga harus berdiam diri di rumah," kata Ewin Udi, pemilik salah satu rumah makan di Ratahan, Kamis.
Bahkan, menurut pengakuannya, sudah seminggu lebih usaha yang baru dirintisnya ini sepi pengunjung.
"Omzetnya turun sampai 75 persen. Kami juga bingung mau apalagi, lebih baik ditutup dulu sementara," ujarnya.
Ewin juga mengaku dengan kondisi sekarang makin sulit untuk membayar cicilan usaha yang harus disetor setiap bulannya.
Dia pun berharap kondisi yang terjadi saat ini segera berakhir, sehingga usaha kuliner yang dimilikinya bisa berjalan dengan normal.
Sama halnya dengan rumah kopi di wilayah tersebut ikut juga terkena imbasnya, dan harus memilih untuk menutup usaha.
"Kami sudah dari kemarin tutup. Karena juga ada imbauan pemerintah ditambah lagi omzet yang terus menurun, jadi rugi juga jika tetap memaksa untuk membuka usaha," kata Ayen Rambi, pemilik rumah minum kopi di Ratahan.
Namun, diungkapkannya, mereka tetap melayani masyarakat yang ingin membeli untuk di bawa pulang.
"Kalau untuk take home kami tetap layani. Tapi tidak seberapa banyak," kata pengusaha muda ini.
"Memang dampak dari COVID-19 sangat terasa bagi kami selaku pelaku usaha. Apalagi saat ini berdasarkan instruksi dari pemerintah untuk meliburkan aktivitas kerja dan warga harus berdiam diri di rumah," kata Ewin Udi, pemilik salah satu rumah makan di Ratahan, Kamis.
Bahkan, menurut pengakuannya, sudah seminggu lebih usaha yang baru dirintisnya ini sepi pengunjung.
"Omzetnya turun sampai 75 persen. Kami juga bingung mau apalagi, lebih baik ditutup dulu sementara," ujarnya.
Ewin juga mengaku dengan kondisi sekarang makin sulit untuk membayar cicilan usaha yang harus disetor setiap bulannya.
Dia pun berharap kondisi yang terjadi saat ini segera berakhir, sehingga usaha kuliner yang dimilikinya bisa berjalan dengan normal.
Sama halnya dengan rumah kopi di wilayah tersebut ikut juga terkena imbasnya, dan harus memilih untuk menutup usaha.
"Kami sudah dari kemarin tutup. Karena juga ada imbauan pemerintah ditambah lagi omzet yang terus menurun, jadi rugi juga jika tetap memaksa untuk membuka usaha," kata Ayen Rambi, pemilik rumah minum kopi di Ratahan.
Namun, diungkapkannya, mereka tetap melayani masyarakat yang ingin membeli untuk di bawa pulang.
"Kalau untuk take home kami tetap layani. Tapi tidak seberapa banyak," kata pengusaha muda ini.