Jakarta (ANTARA) - Fenomena menyerupai Cross Equatorial Northerly Surge (CENS) yang berasal dari Laut Cina Selatan ke Teluk Jakarta menjadi penyebab tingginya curah hujan di wilayah Jabodetabek pada Selasa.

Terkait dengan kejadian banjir di beberapa titik di wilayah Jabodetabek pagi ini karena adanya fenomena CENS yang berasal dari Laut Cina Selatan, masuk ke Selat Karimata hingga ke Teluk Jakarta, jelas Kepala Balai Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBTMC-BPPT) Tri Handoko Seto dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Massa udara dingin dari CENS kemudian mengalami konvergensi dengan massa udara daratan dari Jakarta yang terjadi malam hari. CENS menyebabkan proses pembentukan awan Cumulonimbus terjadi lebih cepat di Teluk Jakarta.

Siklon Ferdinand dan Esther berkontribusi terjadinya fenomena ini. Akibatnya hujan kerap terjadi pada malam hingga dinihari atau dikenal sebagai fenomena Nighttime-Morning Precipitation.

Menurut Tri Handoko Seto, wilayah Jabodetabek saat ini berada pada wilayah konvergensi massa udara sehingga menyebabkan peningkatan massa udara basah yang memicu terjadinya hujan lebat.

Dari hasil analisa dan pengamatan cuaca, pertumbuhan awan-awan hujan yang terjadi di wilayah Jabodetabek sebagian besar terjadi pada malam hingga dini hari.

Awan-awan mulai tumbuh secara masif pada malam hari dan terjadi hujan lebat pada malam hingga dini hari bahkan sampai dengan pagi hari.

Awan-awan seperti ini di luar jangkauan kemampuan armada Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) yang ada saat ini, kata dia.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksikan hujan lebat masih berpotensi terjadi di wilayah Jabodetabek pada 23 hingga 25 Februari 2020. Masyarakat diimbau agar tetap waspada dan berhati-hati terhadap dampak yang dapat ditimbulkan seperti angin kencang, genangan, banjir, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, dan jalan licin.
 


Pewarta : Virna P Setyorini
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024