Manado (ANTARA) - Hotel berbintang di Kota Manado, Sulawesi Utara mulai merasakan dampak penyebaran virus corona dengan kosongnya pesanan kamar hotel.

"Wabah virus corona yang merebak di China mengakibatkan penerbangan dari Manado ke negara tersebut ditutup sementara untuk waktu yang belum ditentukan, padahal selama ini tingkat hunian hotel sangat terdongkrak dengan banyaknya wisatawan China yang datang ke Manado," kata  Direktur Pemasaran Sintesa Peninsula Manado Julita Wowor di Manado, Rabu.

Julita mengatakan sejak larangan terbang  Cina ke Manado dilarang, maka tidak ada lagi pesanan kamar seperti yang sudah terjadi dalam satu tahun belakangan ini.

General Manager In Charge Best Western The Lagoon Hotel Manado, Jemmy Budihartono mengatakan bahwa hotelnya termasuk salah satu yang kena imbas. Setiap hari yang biasanya terisi 40 sampai dengan 50 kamar, sekarang ini malah nihil.

“Okupansi kami turun dengan adanya larangan ini. Tapi syukurnya bukan hanya di Manado seperti ini. Pokoknya yang ada penerbangan langsung dari China, ikut merasakan dampaknya,” sebut Jemmy.

Jemmy memperkirakan larangan tersebut akan berlangsung selama 6 bulan, karena itu di tengah memikirkan strategi baru untuk menjaga okupansi mereka.

“Kami perkuat hubungan dengan instansi pemerintah supaya dapat membuat pertemuan di hotel. Apalagi dengan instansi pemerintah yang beberapa anggarannya banyak dialokasikan dari APBN,” tambah Jemmy.

Pakar Ekonomi Universitas Sam Ratulangi, Magdalena wullur melihat larangan berkunjung sangat berimbas di kuantitas tamu hotel dan omset penjual kecil.

“Iya benar hotel dan penjual kecil pasti sangat merasakan dampaknya. Namun dibandingkan dengan faktor kesehatan, tentu masyarakat akan memahami larangan itu,” kata Wullur.

Menurut Wullur, kunjungan wisman Cina ke Sulut belum banyak memberikan pendapatan daerah maupun masyarakat secara garis besar. Jadi tak perlu dirisaukan dengan penghentian tersebut.


Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024