Manado (ANTARA) - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), rokok menjadi salah satu  penyebab tingkat kemiskinan di desa Provinsi Sulawesi Utara(Sulut).

"Di perdesaan, rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar bagi kemiskinan," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono di Manado, Selasa.

Ateng mengatakan pada September 2019, tiga jenis komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan (GK), baik di perkotaan maupun perdesaan, adalah beras, dengan sumbangan sebesar 19,64 persen di perkotaan dan 22,20 persen di perdesaan.

Dia mengatakan terhadap GK sebesar 11,79 persen di perkotaan dan 12,98 persen di perdesaan; dan tongkol/tuna/cakalang (6,58 persen di perkotaan dan 7,18 persen di perdesaan). 

Komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar baik pada GK perkotaan dan perdesaan adalah perumahan, listrik, angkutan dan bensin.

Selama periode Maret 2019-September 2019, Garis Kemiskinan naik 2,33 persen, yaitu dari Rp371.283,- per kapita per bulan di Maret 2019 menjadi Rp379.923,- per kapita per bulan pada September 2019. 

Sementara selama periode September 2018-September 2019, Garis Kemiskinan naik sebesar 6,45 persen, yaitu dari Rp356.906,- per kapita per bulan pada September 2018 menjadi Rp379.923,- per kapita per bulan pada September 2019.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM), peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan. 

Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2019 secara total adalah sebesar 76,50 persen. 

Pada September 2019, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Sulawesi Utara mencapai 188,60 ribu orang (7,51 persen), berkurang 3,1 ribu orang dari kondisi Maret 2019 yang sebesar 191,70 ribu orang (7,66 persen).

Bila dibandingkan kondisi Maret 2019, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan di daerah perdesaan sama-sama mengalami penurunan. Di daerah perkotaan turun 0,06 poin menjadi 4,95 persen, sedangkan di daerah perdesaan turun 0,26 poin menjadi 10,30 persen.

Selama periode Maret 2019 - September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebanyak 0,6 ribu orang (dari 65,49 ribu orang turun menjadi 64,90 orang), sementara di daerah perdesaan turun sebanyak 2,5 ribu orang (dari 126,20 ribu orang turun menjadi 123,70 ribu orang).
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024