Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) akan fokus untuk memantau pola produksi sejumlah kelompok bahan makanan yang dapat memicu laju inflasi di Kota Manado pada 2020.

"Untuk menjaga inflasi Sulawesi Utara di kemudian hari, dari sisi produksi, reformasi kelembagaan pertanian, pengaturan pola tanam serta kerja sama antar daerah akan terus digencarkan dari awal tahun," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat di Manado, Jumat.

Arbonas menambahkan BI juga akan terus memantau sisi permintaan, efisiensi struktur harga dan pengelolaan ekspektasi masyarakat serta perbaikan pola distribusi untuk menjaga stabilitas harga pangan di wilayah ini.

Terkait pengendalian inflasi pada 2019, BI memandang positif pencapaian inflasi Sulawesi Utara yang pada akhir tahun mencapai 3,52 persen atau berada pada rentang sasaran inflasi nasional 3,5 persen plus minus satu persen.

Hal itu tidak terlepas dari koordinasi yang baik antar lembaga dan instansi baik di tingkat provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Kota yang tergabung dalam wadah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) terutama dalam pelaksanaan operasi Pasar yang gencar dilaksanakan pada bulan Desember 2019.

Koordinasi tersebut mampu mengatasi tingginya harga tomat yang selama ini menjadi salah satu penyumbang inflasi, sehingga Manado menjadi kota yang mengalami deflasi tertinggi di Indonesia pada Desember 2019 yaitu 1,88 persen.

Harga tomat sayur turun 28,05 persen sehingga memberikan kontribusi terhadap deflasi sebesar 1,47 persen. Komoditas lain yang juga memberikan andil deflasi adalah cabai merah sebesar 0,48 persen.

Secara keseluruhan, kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 2,23 persen memberikan kontribusi terhadap deflasi di Manado pada Desember 2019.


 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Jorie MR Darondo
Copyright © ANTARA 2024