Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara menyerahkan 20 ribu bibit tomat sayur dan cabai rawit kepada Sinode Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM).

"Bantuan berupa bibit tomat sayur dan cabai rawit ini terkait program pengendalian inflasi di Sulut, sehingga diharapkan semua warga ikut menanam cabai dan tomat," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara Arbonas Hutabarat di Manado, Rabu.

Penyerahan 20.000 bibit tomat sayur dan cabai rawit kepada Sinode GMIM merupakan upaya yang strategis bagi TPID Sulawesi Utara untuk bersinergi dengan masyarakat Sulawesi Utara dalam mengendalikan inflasi di Sulawesi Utara.

“Sinode GMIM yang merupakan organisasi kenamaan dan besar di Sulawesi Utara di harapkan dapat berkontribusi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari terlebih untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga para anggota Sinode pada saat perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru,” kata Arbonas.

Selama tahun 2019, tingkat inflasi di Provinsi Sulawesi Utara cukup bergejolak. Hingga Bulan Oktober, tercatat harga barang dan jasa di Sulawesi Utara mengalami inflasi sebesar 4,81 persen, dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

“Angka tersebut menjadikan Provinsi Sulawesi Utara sebagai provinsi dengan tingkat inflasi bulanan tertinggi di Indonesia. Faktor utama kenaikan harga barang dan jasa pada Bulan Oktober tersebut adalah kenaikan harga yang cukup tajam pada Kelompok Bahan Makanan, terutama Tomat Sayur,” kata Arbonas.

BI Sulut memproyeksikan akan terjadi kenaikan tingkat konsumsi yang cukup tajam menjelang periode Hari Raya Natal dan Tahun Baru terutama untuk komoditas bahan makanan.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi TPID Sulawesi Utara dan kita semua dalam pengendalian inflasi Sulawesi Utara.

Namun demikian, pihaknya optimis akan dapat menghadapi tantangan tersebut dengan baik jika Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara bersama TPID dapat bergandengan tangan dengan seluruh elemen masyarakat untuk mengantisipasi kurangnya pasokan barang dan tingginya konsumsi dalam waktu satu bulan ke depan.

"Karena inflasi yang tinggi dapat menggerus kesejahteraan rakyat dan pertumbuhan ekonomi, sehingga perlu dikendalikan dalam level yang rendah dan stabil,” ujarnya.

 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw

Copyright © ANTARA 2024