London (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara akan berbagi pengalaman Indonesia soal kebebasan pers dalam Konferensi Global Kebebasan Media, yang diadakan di The Printworks, London, Inggris, pada 10-11 Juli.
Selama berada di London, Menteri Rudiantara bersama Staff Khusus Menteri Bidang Media dan Komunikasi Publik Kominfo, Deddy Hermawan, juga menghadiri pertemuan dengan para penerima beasiswa Chevening dari Pemerintah Inggris di Wisma Nusantara-KBRI London pada Selasa (9/7) malam.
Konferensi Global untuk Kebebasan Media, yang diadakan Pemerintah Inggris dan Kanada, menjadi tonggak utama dalam kampanye untuk melindungi jurnalis dalam menjalankan tugas mereka. Konferensi juga ditujukan untuk mempromosikan kebebasan pers di seluruh dunia.
Acara tersebut menyatukan lebih dari 1.000 peserta, termasuk menteri dan pejabat pemerintah, komunitas diplomatik, lembaga internasional, jurnalis, masyarakat sipil, dan akademisi. Pada kesempatan itu, akan dikaji tantangan yang dihadapi media serta peluang yang dapat diciptakan untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi jurnalis.
Dalam Konferensi Kebebasan Media, negara-negara dan organisasi internasional berkumpul untuk mengambil tindakan yang berarti dalam mempertahankan kebebasan media.
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, dalam sambutannya pada pembukaan konferensi, mengatakan kebebasan media adalah "prinsip universal".
Menurut Hunt, kebebasan media bukanlah nilai Barat melainkan nilai universal yang terbaik untuk melindungi masyarakat dari penyalahgunaan kekuasaan serta membantu negara menggali berbagai potensinya.
Ia mengatakan perlindungan terkuat terhadap sisi gelap kekuasaan berasal dari akuntabilitas dan pengawasan yang dijalankan oleh media.
Hunt mengingatkan bahwa sepuluh negara dengan kebebasan media paling luas di dunia telah menghasilkan 120 pemenang Hadiah Nobel, antara lain Norwegia.
"Norwegia, yang penduduknya hanya lima juta orang, telah meraih 13 Hadiah Nobel," katanya.
Menurutnya, negara-negara itu maju karena masyarakatnya terbuka dan media memiliki kebebasan.
Dia juga berpendapat bahwa perjuangan global melawan korupsi didukung oleh media. Dari 10 negara terbersih di dunia, berdasarkan peringkat Transparency International, tujuh di antaranya berada di 10 besar Indeks Kebebasan Pers Dunia.
Konferensi Global untuk Kebebasan Media itu juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland dan utusan khusus Menteri Luar Negeri Inggris untuk kebebasan media Amal Clooney.
Konferensi tersebut diikuti delegasi dari lebih dari 100 negara, termasuk 60 menteri, dan lebih dari 1.500 jurnalis serta akademisi.