Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama dengan Tim Pengendali Inflasi daerah (TPID) terus berkoordinasi dalam mengantisipasi lonjakan harga cabai rawit yang naik cukup tinggi di awal puasa tahun 2019 ini.

"Kami terus melakukan rapat dan pertemuan, agar lonjakan harga cabai ini tidak terus-terusan terjadi," kata Kepala BI Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut)  Arbonas Hutabarat di Manado, Jumat.

Arbonas mengatakan sejak awal puasa harga cabai rawit langsung bergerak naik cukup cepat, sehingga langkah antisipasinya juga harus cepat.

"Kami berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam hal ini Gubernur Sulut Olly Dondokambey, terkait langkah antisipasi yang harus segera dilakukan, jangan sampai dampaknya ke inflasi sangat besar," ujarnya.

Oleh karena itu ia berharap  TPID bekerja lebih lagi. Sementara itu  Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut terus meningkatkan pemantauan dan pengawasan di lapangan pada sejumlah pasar tradisional.

"Karena jika harga cabai terus naik, maka sumbangan ke inflasi akan besar, karena peningkatannya cukup signifikan," kata Arbonas.

Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Marthedy Tenggehi mengatakan pada April 2019 Kota Manado mengalami deflasi sebesar 1,27 persen, terbesar di seluruh kota Indeks Harga Konsumen (IHK) Indonesia.

"Terjadi deflasi terdalam di seluruh kota IHK Indonesia yang disebabkan oleh penurunan harga tomat sayur," katanya. Tomat Sayur, lanjutnya, menyumbang deflasi sebesar 1,3188 persen, sedangkan penyumbang inflasi terbesar adalah bawang merah sebesar 0,1630 persen.

Dia mengatakan pada April 2019 Kota Manado  mengalami deflasi sebesar 1,27 persen dan inflasi year on year” sebesar 0,07 persen.

   

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024