Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) terus mendorong Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam meningkatkan koordinasi kendalikan inflasi di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Kami melihat komoditas bahan makanan seperti tomat sayur dan bawang merah tersebut di Sulawesi Utara memiliki potensi risiko untuk menyumbang inflasi yang cukup tinggi ," kata Kepala BI Perwakilan Sulut Arbonas Hutabarat di Manado, Selasa.

Sehingga, katanya, peran TPID sangatlah penting dalam menjaga kestabilan inflasi di daerah. 

Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan terus meningkatkan koordinasi erat dan mengambil upaya-upaya bersama yang diperlukan guna menjaga ketersediaan pasokan, khususnya komoditas strategis.

Kemudian, katanya, juga menjaga keterjangkauan harga, dan memastikan kelancaran distribusi melalui operasi pasar; serta pengelolaan ekspektasi masyarakat. 

Kepala BPS Sulut Ateng Hartono mengatakan Kota Manado pada bulan Maret 2019 mengalami Deflasi sebesar 0,69 persen, inflasi tahun kalender sebesar -0,16 persen dan inflasi “year on year” sebesar 2,46 persen.

Deflasi Kota Manado pada bulan Maret 2019 disebabkan adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 3,85 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan indeks adalah kelompok pengeluaran makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 0,81 persen, kelompok pengeluaran sandang sebesar 0,40 persen, kelompok pengeluaran perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,32 persen, kelompok pengeluaran transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,19 persen.

Kelompok pengeluaran kesehatan sebesar 0,12 persen dan kelompok pengeluaran pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar 0,08 persen.

Penyumbang deflasi terbesar di Kota Manado pada bulan Maret 2019 yaitu tomat sayur sebesar 0,6144 persen, sedangkan penyumbang Inflasi terbesar adalah cabai rawit sebesar 0,1817 persen.
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024