Manado, 8/11 (Antara) - Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang kuat, berkelanjutan, dan seimbang perlu adanya sinergitas antar semua pemangku kepentingan di dalamnya.
Karena proses perubahan kondisi perekonomian suatu daerah atau negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu menandakan adanya keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengatakan menjelang berakhirnya tahun 2018 ini, perekonomian Sulut menghadapi tantangan untuk mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Sulut hingga Triwulan III 2018 hanya sebesar 5,66 persen yakni belum mampu mengejar pertumbuhan tahun 2017.
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut harus mendapatkan perhatian lebih, sehingga mampu mencapai target di akhir tahun 2018 nanti.
"Kalau melihat angka pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2018 yang hanya sebesar 5,66 persen, untuk mencapai proyeksi tahun 2018 sekitar 6,2-6,6 persen, kita perlu memberikan perhatian khusus," kata Soekowardojo.
Soekowardojo menjelaskan BI memperkirakan ekonomi di Sulut tahun ini tumbuh sekitar 6,2-6,6 persen. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi selama tahun 2017 sebesar 6,32 persen.
Kendati masih optimis untuk mencapai target proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, namun perlu kerja keras dan dukungan semua pihak baik pemerintah, swasta dan pemangku kepentingan lainnya.
Ia berharap sektor pertanian, perkebunan akan mengalami peningkatan di triwulan IV tahun 2018 ini.
Juga sektor pariwisata khususnya kunjungan wisman akan memberikan dampak positif pada sektor riil di daerah," jelasnya.
Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Sulut Ridhwan mengatakan, perekonomian Sulut tersebut masih di bawah nilai potensialnya yakni 7 persen, hal ini karena beberapa kendala, utamanya masih mengandalkan komoditas. Adapun andil ekonomi Sulut terhadap pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 0,18 persen.
Dia mengatakan, pola konsumtif pada masyarakat Sulut turut membuat perekonomian yang terkenal dengan Pantai Bunaken itu melemah.
Ridhwan menyebut, kredit konsumsi di Sulut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja ataupun investasi.
Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Agus T Poputra mengatakan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) perlu kegiatan besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (PE) lebih besar lagi.
Agus mengatakan jika di sisa satu triwulan ini, ada kegiatan besar di Sulut, maka akan menarik kegiatan ekonomi di daerah.
Jadi, katanya, Sulut perlu melakukan kegiatan pembangunan lebih besar dari tahun lalu serta event yang menarik banyak aktivitas ekonomi dan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Dia menjelaskan memang biasanya PE pada truwulan I dan II agak lebih tinggi secara QtoQ.
Tapi, katanya, kalau melihat PE di triwulan III hanya 5,66 persen, maka target 6,2-6,6 persen agak susah untuk dicapai jika tidak ada kegiatan yang besar pada triwulan IV.
Secara normal, katanya, semakin besar ekonomi suatu negara atau daerah, PE-nya akan melambat. Contoh: China biasanya tumbuh di atas 10 persen, sekarang hanya 6 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono mengatakan ekonomi Sulawesi Utara triwulan III 2018 dibanding triwulan III 2017 (y-on-y) tumbuh 5,66 persen.
Pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi yang mengalami penurunan sebesar 0,57 persen.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Jasa Lainnya sebesar 11,96 persen; diikuti Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial sebesar 11,21 persen; dan Konstruksi sebesar 10,49 persen.
Dia menjelaskan perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaranProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan III 2018 mencapai Rp30,53 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp21,48 triliun.
Struktur PDRB Sulawesi Utara menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2018 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor; dan Transportasi-Pergudangan masih mendominasi PDRB Sulawesi Utara, dengan distribusi masing- masing sebesar 21,03 persen; 12,22 persen; 11,95 persen; dan 11,07 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan III-2018 (y-on-y), Konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 1,40 persen, diikuti: Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,68 persen; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,66 persen; dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 0,43 persen.
Ekonomi Sulawesi Utara triwulan III 2018 tumbuh sebesar 5,19 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Konstruksi, yaitu sebesar 11,94 persen.
Sementara dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 13,52 persen.
Kemudian, katanya, ekonomi Sulawesi Utara secara kumulatif hingga triwulan III 2018 (c-to-c) tumbuh 6,01 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh seluruh lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 13,37 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi c-to-c adalah Komponen Pengeluaran LNPRT yang tumbuh sebesar 9,06 persen.
Ekonomi Sulawesi Utara Kumulatif hingga triwulan III-2018 dibanding kumulatif hingga Triwulan III-2017 (c-to-c) tumbuh sebesar 6,01 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh sebesar 13,37 persen; diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,09 persen; dan Jasa Perusahaan sebesar 9,08 persen.
Secara keseluruhan ekonomi Sulut masih berada di atas angka nasional yakni lima persen, namun jika melihat lebih dalam lagi masih butuh perhatian lebih untuk mendapatkan angka peertumbuhan yang lebih baik, karena potensi di Sulut masih sangat besar.***3***
Karena proses perubahan kondisi perekonomian suatu daerah atau negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu menandakan adanya keberhasilan pembangunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.
Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengatakan menjelang berakhirnya tahun 2018 ini, perekonomian Sulut menghadapi tantangan untuk mendorong kenaikan pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi Sulut hingga Triwulan III 2018 hanya sebesar 5,66 persen yakni belum mampu mengejar pertumbuhan tahun 2017.
Dia mengatakan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut harus mendapatkan perhatian lebih, sehingga mampu mencapai target di akhir tahun 2018 nanti.
"Kalau melihat angka pertumbuhan ekonomi triwulan III tahun 2018 yang hanya sebesar 5,66 persen, untuk mencapai proyeksi tahun 2018 sekitar 6,2-6,6 persen, kita perlu memberikan perhatian khusus," kata Soekowardojo.
Soekowardojo menjelaskan BI memperkirakan ekonomi di Sulut tahun ini tumbuh sekitar 6,2-6,6 persen. Angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi selama tahun 2017 sebesar 6,32 persen.
Kendati masih optimis untuk mencapai target proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut, namun perlu kerja keras dan dukungan semua pihak baik pemerintah, swasta dan pemangku kepentingan lainnya.
Ia berharap sektor pertanian, perkebunan akan mengalami peningkatan di triwulan IV tahun 2018 ini.
Juga sektor pariwisata khususnya kunjungan wisman akan memberikan dampak positif pada sektor riil di daerah," jelasnya.
Kepala Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Kantor Perwakilan BI Sulut Ridhwan mengatakan, perekonomian Sulut tersebut masih di bawah nilai potensialnya yakni 7 persen, hal ini karena beberapa kendala, utamanya masih mengandalkan komoditas. Adapun andil ekonomi Sulut terhadap pertumbuhan ekonomi nasional mencapai 0,18 persen.
Dia mengatakan, pola konsumtif pada masyarakat Sulut turut membuat perekonomian yang terkenal dengan Pantai Bunaken itu melemah.
Ridhwan menyebut, kredit konsumsi di Sulut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kredit modal kerja ataupun investasi.
Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Agus T Poputra mengatakan Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) perlu kegiatan besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (PE) lebih besar lagi.
Agus mengatakan jika di sisa satu triwulan ini, ada kegiatan besar di Sulut, maka akan menarik kegiatan ekonomi di daerah.
Jadi, katanya, Sulut perlu melakukan kegiatan pembangunan lebih besar dari tahun lalu serta event yang menarik banyak aktivitas ekonomi dan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Dia menjelaskan memang biasanya PE pada truwulan I dan II agak lebih tinggi secara QtoQ.
Tapi, katanya, kalau melihat PE di triwulan III hanya 5,66 persen, maka target 6,2-6,6 persen agak susah untuk dicapai jika tidak ada kegiatan yang besar pada triwulan IV.
Secara normal, katanya, semakin besar ekonomi suatu negara atau daerah, PE-nya akan melambat. Contoh: China biasanya tumbuh di atas 10 persen, sekarang hanya 6 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Dr Ateng Hartono mengatakan ekonomi Sulawesi Utara triwulan III 2018 dibanding triwulan III 2017 (y-on-y) tumbuh 5,66 persen.
Pertumbuhan didukung oleh hampir semua lapangan usaha kecuali lapangan usaha Jasa Keuangan dan Asuransi yang mengalami penurunan sebesar 0,57 persen.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Jasa Lainnya sebesar 11,96 persen; diikuti Jasa Kesehatan dan KegiatanSosial sebesar 11,21 persen; dan Konstruksi sebesar 10,49 persen.
Dia menjelaskan perekonomian Sulawesi Utara berdasarkan besaranProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku Triwulan III 2018 mencapai Rp30,53 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp21,48 triliun.
Struktur PDRB Sulawesi Utara menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2018 tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Konstruksi; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor; dan Transportasi-Pergudangan masih mendominasi PDRB Sulawesi Utara, dengan distribusi masing- masing sebesar 21,03 persen; 12,22 persen; 11,95 persen; dan 11,07 persen.
Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan III-2018 (y-on-y), Konstruksi memiliki sumber pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 1,40 persen, diikuti: Transportasi dan Pergudangan sebesar 0,68 persen; Perdagangan Besar-Eceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,66 persen; dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 0,43 persen.
Ekonomi Sulawesi Utara triwulan III 2018 tumbuh sebesar 5,19 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Konstruksi, yaitu sebesar 11,94 persen.
Sementara dari sisi Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Komponen Pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Bruto yang tumbuh sebesar 13,52 persen.
Kemudian, katanya, ekonomi Sulawesi Utara secara kumulatif hingga triwulan III 2018 (c-to-c) tumbuh 6,01 persen. Dari sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh seluruh lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi dicapai Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh 13,37 persen. Sementara dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi c-to-c adalah Komponen Pengeluaran LNPRT yang tumbuh sebesar 9,06 persen.
Ekonomi Sulawesi Utara Kumulatif hingga triwulan III-2018 dibanding kumulatif hingga Triwulan III-2017 (c-to-c) tumbuh sebesar 6,01 persen. Pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha.
Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Lapangan Usaha Jasa Lainnya yang tumbuh sebesar 13,37 persen; diikuti Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial sebesar 11,09 persen; dan Jasa Perusahaan sebesar 9,08 persen.
Secara keseluruhan ekonomi Sulut masih berada di atas angka nasional yakni lima persen, namun jika melihat lebih dalam lagi masih butuh perhatian lebih untuk mendapatkan angka peertumbuhan yang lebih baik, karena potensi di Sulut masih sangat besar.***3***