Minahasa Tenggara, 5/8 (Antara) - Warga kampung transmigrasi Nazareth Desa Wioi Timur, Kecamatan Ratahan Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara tak kuasa menahan tangis haru dan pelukan setelah bertemu dengan sejumlah personil Anggota DPRD Provinsi NTT yang dipimpin Jimmy Sianto.
"Kami sangat bersyukur, karena sampai saat ini kami yang ada di transmigrasi Nazareth masih mendapat perhatian dari anggota DPRD NTT," kata Mujino Reberio salah satu warga transmigran asal NTT.
Mujino mengakui semenjak tiba di tanah Minahasa Tenggara, dirinya bersama warga NTT lainnya harus berjuang dan bersusah payah untuk meleweti segala tantangan.
"Awalnya memang kami datang di sini pada 2009 masih sangat kesusahan dengan berbagai macam tantangan, seperti masalah lahan, dan penghidupan. Namun seiring waktu kami dapat bertahan, apalagi pemerintah kabupaten di Minahasa Tenggara saat ini memberikan perhatian yang sangat besar," katanya.
Hal yang juga disampaikan Maria Batubere, yang mengaku sangat berbahagia bisa dikunjungi para anggota DPRD NTT tersebut.
"Ini merupakan kesempatan yang sangat berbahagia karena bersyukur kami masih mendapat perhatian dari para anggota dewan dari NTT yang datang langsung mengunjungi kami," katanya.
Dia mengungkapkan pertemuan tersebut menjawab rasa rindu dari masyarakat NTT yang ada di kampung Nazareth.
"Kedatangan para para anggota dewan ini, setidaknya sudah melepas rindu kami warga transmigrasi yang ada di sini," kata Maria.
Pada kesempatan tersebut, Maria berharap para wakil rakyat tersebut dapat membantu mereka para ibu-ibu dengan mengadakan alat tenun, dan alat musik tradisional.
"Kami mohon agar dapat diberikan bantuan berupa alat tenun, serta peralatan musik tradisional NTT," tandasnya.
Sementara itu Ketua Komisi V DPRD NTT Jimmy Sianto mengungkapkan jika sebagai warga transmigran, warga NTT harus mampu berinteraksi dan beradaptasi dengan masyarakat lokal, khususnya menjaga dan memelihara kebersamaan.
"Di sini (Lokasi transmigran) harus bisa bekerja keras. Harus mandiri dan nanti kalau mau pulang liat liat kampung halaman, harus berhasil dulu disini," ujarnya.
Dia pun mengaku sangat bersyukur pada kedatangannya ini, para warga transmigran asal NTT sudah hidup lebih baik dibandingkan kedatangannya beberapa tahun silam.
"Jadi sekarang sudah enak. Tidak ada lagi mengeluh mengeluh. Kalau pun menangis ya karena ingat kampung halaman adalah hal wajar. Bukan menangis karena susah," katanya.
Dia pun berpesan meski sudah berbaur dengan warga lokal, namun warga NTT tidak lupa akan tradisi dan budaya asal.
"Kami bisa upayakan lobi ke pemerintah untuk kasih bantuan berupa alat tenun. Sejauh itu bisa kami fasilitasi tanpa berbenturan dengan aturan, akan kami perjuangkan," janjinya.***4***

Pewarta : Arthur Ignasius Karinda

Copyright © ANTARA 2024