Manado, (Antaranews Sulut) - Pemahaman (literasi) tentang industri keuangan lebih rendah dibanding banyaknya produk keuangan yang diluncurkan (inklusi).

Jarak atau `gap` antara literasi dengan inklusi keuangan masih besar. Secara nasional, sampai posisi Oktober 2017, untuk literasi keuangan persentasenya cuma 29,7 persen sedangkan inklusinya mencapai 68 persen.

Literasi keuangan bisa dianggap sebagai pemahaman dan pengetahuan seseorang terhadap produk keuangan maupun lembaga keuangan.

Sedangkan inklusi keuangan bisa dianggap sebagai akses yang ia miliki atau lakukan terhadap produk dan lembaga keuangan. Inklusi keuangan dapat diilustrasikan, misalnya ketika seseorang telah memiliki rekening tabungan atau telah berinvestasi pada instrumen obligasi, maka bisa dianggap ia telah memiliki tingkat inklusi keuangan yang relatif baik.

Hubungan antara kedua hal tersebut seharusnya selaras. Idealnya, tingkat literasi keuangan dengan tingkat inklusi keuangan berada pada level yang tidak jauh berbeda. Keduanya lebih ideal berada pada level yang sama atau relatif seimbang, sehingga misalnya ketika seseorang memiliki atau membeli sebuah produk keuangan atau berinteraksi dengan lembaga keuangan, ia telah memahami apa saja hak, kewajiban, dan seluk-beluk terkait produknya atau peran dari lembaga keuangan terkait.

Ketimpangan antara tingkat literasi keuangan dengan tingkat inklusi keuangan dapat diilustrasikan dengan sebuah kondisi dimana ketika Anda membeli sebuah produk keuangan, misalnya investasi atau asuransi, namun sebenarnya Anda tidak memahami secara jelas apa isi kandungan, resiko, skema, dan hal lainnya dari produk keuangan tersebut. Ternyata membeli produk keuangan yang salah atau tidak sesuai dengan kebutuhan Anda. Kesalahan ini sendiri tidak akan pernah Anda sadari sampai ketika Anda mencoba mencairkan atau mengklaim, namun ternyata prosesnya tidak sesederhana atau semanis apa yang dijelaskan kepada Anda di awal pembelian dulu.

Kepala Regional 6 OJK Wilayah Sulawesi Maluku dan Papua (Sulampua) Zulmi mengatakan ada ketimpangan antara literasi dan inklusi keuangan di Indonesia.

Harus diakui literasi dan inklusi keuangan di Indonesia termasuk di dalamnya wilayah Sulampua mengalami peningkatan, tapi masih terjadi ketimpangan cukup besar," kata Zulmi.

Ini berarti sudah banyak masyarakat yang memanfaatkan jasa keuangan, namun belum paham betul dengan industri tersebut.

Sehingga, katanya, masyarakat banyak yang terpengaruh dengan tawaran investasi bodong, karena masih banyak yang belum paham secara mendalam tentang jasa keuangan tersebut.

Dia menjelaskan sehingga edukasi ke masyarakat sangat penting, agar tidak ada lagi masyarakat yang dibodohi dengan investasi bodong tersebut.

Sampai saat ini, sudah ada beberapa kasus yang ditemukan dan sayangnya, banyak masyarakat yang kecewa dengan investasi bodong tersebut, karena merugikan banyak pihak," jelas.

Bukan hanya masyarakat golongan menengah ke bawah yang ikut investasi bodong, namun ada juga pejabat, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Ke depan, katanya, ketimpangan ini akan semakin diminimalisir, dengan terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.



Edukasi Wartawan



Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara mengedukasi literasi keuangan dan peran OJK pada sejumlah wartawan pos liputan ekonomi di Manado.

Wartawan merupakan rekan kerja OJK, oleh karena itu diedukasi agar paham mengenai tugas dan kerja OJk sehingga pemberitaannya dapat dengan mudah dipahami masyarakat," kata Kepala OJK Sulut, Gorontalo, Malut, Elyanus Pongsoda.

Dia mengatakan OJK merasa perlu melakukan sosialisasi agar OJK dapat lebih dikenal di masyarakat

Sosialisasi ini merupakan salah satu bagian dari upaya untuk mencapai tujuan OJK yaitu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, katanya.

Salah satu cara untuk melindungi masyarakat, lanjutnya, adalah memberikan informasi yang jelas mengenai berbagai jasa keuangan yang ada di masyarakat, dan disinilah peran wartawan.

Wartawan diedukasi, sehingga nantinya diharapkan dapat membantu menyebarkan berbagai informasi mengenai jasa keuangan secara baik ke masyarakat luas, dengan demikian masyarakat kita juga akan ikut teredukasi.

Chief Executive Officer PT Axa Financial Indonesia Budi Tampubolon mengatakan PT Axa Financial Indonesia juga ikut ambil bagian dalam meningkatkan literasi keuangan wartawan di Provinsi Sulut.

Budi mengatakan pihaknya mengedukasi soal literasi dan inklusi keuangan kepada sejumlah wartawan di Manado, karena merekalah yang mampu menyampaikannya kepada masyarakat.

Dengan harapan semakin tinggi literasi keuangan para wartawan, maka maksud dan tujuan ke masyarakat akan tersampaikan secara baik," katanya.

Otomatis, katanya, dengan membaca surat kabar maupun elektronik dan online, dengan sendirinya literasi keuangan masyarakat juga akan meningkat.

Harus diakui, untuk menjangkau masyarakat sampai ke pelosok desa masih ada kesulitan, tapi melalui pemberitaan pasti akan tersampaikan, katanya.

Ia menjelaskan AXA di Indonesia merupakan bagian dari AXA Group, salah satu perusahaan asuransi dan manajemen aset terbesar di dunia yang berpusat di Paris.

AXA beroperasi dengan fokus pada asuransi jiwa, asuransi umum dan manajemen aset melalui beragam jalur distribusi di bawah PT AXA Mandiri Financial Services, PT AXA Financial Indonesia, PT Mandiri AXA General Insurance, PT Asuransi AXA Indonesia, dan PT AXA Asset Management Indonesia.

Dengan tujuan adalah memberdayakan masyarakat untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, dengan memberikan ketenangan pikiran kepada nasabah dan kemampuan untuk bertindak melalui pencegahan, perlindungan, perawatan serta pengelolaan kekayaan.



Ibu Rumah Tangga dan UMKM



AXA Financial Indonesia (AFI) memberikan literasi keuangan kepada ibu rumah tangga (IRT) di Kota Manado, Provinsi Sulut.

Pihaknya memberikan edukasi ini, karena masih banyak IRT yang tingkat literasi keuangannya rendah, kata Direktur AXA Financial Indonesia Yanti Parapat.

Yanti mengatakan AFI memberikan literasi keuangan mengenai perencanaan dan pengelolaan keuangan rumah tangga kepada ibu-ibu di Kota Manado.

Diharapkan setelah mengikuti edukasi ini Ibu-Ibu di Sulut dapat merencanakan lebih dalam hal keuangan dan perlindungan kesehatan bagi dirinya dan keluarganya," kata Yanti

Dia menjelaskan ibu rumah tangga harus paham betul menangani perencanaan keuangan keluarga dari awal bulan sampai di akhir bulan.

Juga, katanya, bukan hanya merencanakan keuangan selama satu bulan saja, namun masa depan pendidikan anak dan hari tua juga harus sudah dipikirkan dari sekarang.

Jangan menunda-nunda perencanaan keuangan ibu-ibu, karena hal ini sangatlah penting," jelasnya.

Ia menjelaskan AFI sebagai perusahaan yang memiliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Yang menjadi target edukasi kami, yakni ibu rumah tangga dan pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), agar memahami tugas dan fungsi OJK dan memberikan pemahaman tentang dunia jasa kauangan lainnya.

Dia mengatakan kelompok usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) adalah salah satu pilar strategi dalam edukasi dan kampanye nasional literasi keuangan juga kepada ibu-ibu rumah tangga lainnya.

Di seluruh Indonesia sebagian besar masyarakat termasuk dalam UMKM, sehingga peningkatan literasi di sektor jasa keuangan sangat penting karena hal ini dapat membuka akses sektor UMKM ke sektor jasa keuangan di Indonesia.

Diharapkan dengan adanya edukasi ini, mampu mendorong UMKM mendapatkan pembiayaan dari jasa keuangan khususnya perbankan, karena kredit ke UMKM masih cukup kecil.



Galeri Investasi



Pembukaan sejumlah galeri investasi akan mampu meningkatkan literasi dan inklusi keuangan pada masyarakat di Provinsi Sulut.

Kepala Bagian EPK, IKNB dan Pasar Modal Kantor Perwakilan OJK Sulut, Gorontalo dan Malut Ahmad Husein mengatakan makin banyak galeri investasi di Sulut, akan semakin baik pemahaman masyarakat akan jasa keuangan.

Dia menjelaskan hadirnya Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI) di Bitung diharapkan bisa menjadi sarana untuk melakukan edukasi dan literasi industri jasa keuangan, terutama pasar modal.

Pihaknya berharapkan edukasi dan literasi bisa lebih luas lagi karena adanya galeri investasi," katanya.

Untuk itu pihaknya berterima kasih kepada Wali Kota Bitung Max Lomban yang telah peduli terhadap literasi dan edukasi masyarakat.

Saat ini literasi jasa keuangan di Sulut sebesar 29 persen, sedangkan inklusi keuangan 68 persen. Untuk itu perlu kerja keras semua pihak untuk meningkatannya.

Ini dilakukan agar masyarakat semakin paham dan mengerti semua produk industri jasa keuangan," katanya.

Kedepan pihaknya akan terus melakukan edukasi dan literasi kepada masyarakat, sehingga manfaat hadirnya industri jasa keuangan bisa semakin dirasakan.



Edukasi Sejak Dini



Elyanus Pongsoda mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi literasi keuangan kepada siswa-siswa di Kota Manado, agar memahami secara dini tentang literasi keuangan.

Pihaknya terus melakukan sosialisasi literasi keuangan kepada siswa-siswa karena, telah dimasukkan dalam kurikulum sekolah dan harus dipelajari khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di seluruh tanah air Indonesia," katanya.

Penting dilakuka sosialisasi ini sejak dini untuk mendukung peningkatan literasi dan utilisasi jasa keuangan di kalangan pelajar.

Sejauh ini, katanya, literasi atau pemahaman masyarakat akan produk atau lembaga jasa keuangan masih minim. Terlihat dari masih banyaknya tindak pidana perbankan seperti kredit bodong dan terlebih lagi investasi di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing.

Karena itu kurikulum literasi keuangan sangat penting sehingga mereka (siswa) bisa tahu sejak dini. Jika mereka tahu mengenai literasi keuangan maka mereka sejak kecil sudah bisa menghemat, pikiran mereka sudah tidak lagi main `internet`, jajan sembarangan tapi akan mulai menabung atau investasi yang tentunya di pasar modal. Tahu untung ruginya dan tidak terhindar dari penipuan.

Seperti diketahui, berdasarkan data OJK, indeks literasi dan indeks utilitas sektor keuangan di Indonesia masih sangat kecil. Masyarakat pada umumnya hanya paham perbankan sedangkan asuransi, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, pasar modal dan pegadaian masih sangat kecil.

OJK sebagai regulator di industri jasa keuangan meletakkan Program Literasi Keuangan sebagai salah satu program kerja prioritas. Harapannya adalah dapat mendorong pemahaman, keterampilan, dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk jasa keuangan.



Upaya BNI



PT Bank Negara Indonesia (BNI) mengedukasi masyarakat Manado tentang program?Your All Payment (YAP)?sebagai salah satu upaya meningkatkan literasi keuangan di Provinsi Sulut.

Semakin banyak masyarakat yang memanfaatkan program YAP BNI, maka edukasi layanan keuangan semakin diterima," kata CEO BNI Wilayah Manado Tri Azmi.

Tri mengatakan, jika literasi masyarakat akan keuangan makin tinggi, maka dampaknya juga ke perbankan itu sendiri.

Dia menjelaskan YAP sebagai alat pembayaran untuk transaksi nontunai (cashless) dan tanpa menunjukkan kartu debit/kredit nya (cardless).

Tri menjelaskan tidak seperti aplikasi pembayaran dengan smartphone lainnya, yang hanya mengandalkan uang elektronik sebagai sumber dananya, yap menjadi yang pertama dengan menggunakan tiga sumber dana kartu debit, kartu kredit, dan uang elektronik BNI (UnikQu) sesuai pilihan pengguna saat bertransaksi.

Dengan demikian, semua pengguna smartphone dapat dengan mudah menggunakan YAP dengan sumber dana uang elektronik UnikQu. Sedangkan pengguna yang sudah menjadi nasabah BNI dapat menambahkan semua kartu kredit sebagai sumber dananya.

Sedangkan cara transaksi pun cukup mudah pastikan sudah login ke aplikasi. Kemudian pada menu utama pilih "bayar pedagang", selanjutnya pilih sumber dana sebagai rekening pembayaran, lakukan scan pada QR merchant. Jika QR statis akan memunculkan nominal tagihan, sedangkam QR dinamis user akan menginput tagihan.

Upaya BNI Digination menjadi sebuah gerakan di seluruh Indonesia, dan membuka kesadaran publik bahwa teknologi digital dapat diaplikasikan dengan sebaik mungkin dalam meningkatkan kesejahteraan bersama masyarakat.

Untuk meningkatkan literasi keuangan, PT BNI juga memperkuat kualitas layanan agen46 untuk memperluas literasi keuangan di Provinsi Sulut.

BNI akan terus meningkatkan kualitas layanan agen46 di Provinsi Sulut sehingga menjangkau semua masyarakat hingga ke pelosok desa.

Tri mengatakan semakin banyak agen46 yakni program Laku Pandai yang didorong oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maka perluasan literasi keuangan akan tepat sasaran.

Agen46 BNI, katanya, dapat melayani masyarakat umum untuk kegiatan perbankan berupa pembukaan rekening, tarik dan setor uang ke tabungan, serta layanan pembayaran listrik, telepon, pulsa, dan lain sebagainya.

Agen Laku Pandai harus terdaftar sebagai nasabah perbankan. Para agen Laku Pandai nantinya akan mendapatkan tambahan pendapatan (fee) dari setiap layanan Laku Pandai yang diberikan.

Saat ini, agen Laku Pandai bisa melayani tabungan dengan karakteristik Basic Saving Account (BSA), transfer uang, serta pembayaran tagihan dan produk.

Ke depan, agen Laku Pandai diarahkan untuk bisa menjadi perpanjangan tangan bank untuk menyalurkan pinjaman mengingat para agen lebih mengenal calon debitur.

Makin banyak edukasi dan sosialisasi semua industri jasa keuangan, maka tingkat literasi keuangan akan semakin tinggi, sehingga jarak antara literasi dan inklusi tidak terlalu besar.

Agar jangan ada lagi masyarakat yang dirugikan akibat kurang memahami produk jasa keuangan yang akan dimanfaatkan.

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Nancy Lynda Tigauw
Copyright © ANTARA 2024