Oleh Martsindy Adelfrits Rasuh
     Tondano, 22/11 (Antara) - Ribuan mahasiswa Universitas Negeri Manado (Unima) belum menerima jaket almamater yang menjadi hak mereka.
     Johanes Gerung salah seorang mahasiswa semester tujuh mengatakan dirinya belum pernah menerima sehelai jaket almamater dari pihak kampus, selama ini sejak empat tahun kuliah, dirinya tidak pernah mendapatkan jaket tersebut dari pimpinan fakultas maupun universitas.
     "Saya tidak pernah dapat jaket almamater selama kuliah hingga hampir selesai," ungkap Gerung di Tondano.
     Memang, kata Gerung, untuk angkatan 2014, 2013, 2012 hingga 2007 hampir semua dalam angkatan ini punya masalah yang sama yakni ada yang tidak mendapatkan jaket, namun bukan berarti mahasiswa tidak pernah mengecek ke pimpinan universitas, melainkan ketika melakukan pengecekan, ternyata alasannya selalu sama bahwa belum dicetak dan itu terjadi terus-menerus sampai saat ini.
     "Selama ini kami aktif mengecek keberadaan jaket tersebut, namun alasan dari pihak universitas selalu sama, yakni akan dicetak atau sementara diperbanyak, jadi kami menuntut kepada pimpinan Unima agar sekiranya bisa mendengarkan keluhan ini, karena sejak kami mendaftar sampai hampir selesai kuliah, jaket tersebut belum pernah diserahkan, bahkan ketika akan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN), kami hanya meminjam milik teman," katanya kesal.
     Ia mengatakan sebelumnya pada 3 Juli 2017 lalu, pembantu rektor (PR) IV Unima sempat menyampaikan bahwa akan ada penyaluran 2.000 jaket almamater bagi mahasiswa yang belum menerima, namun hingga saat ini belum ada kejelasan.
     "Pimpinan Unima jangan berbohong soal pengadaan almamater ini, saat kami melaksanakan aksi/demonstrasi waktu lalu, sudah dijanjikan akan menyalurkan 2.000 jaket almamater bagi yang belum dapat, akan tetapi hingga saat ini belum juga ada realisasi," ungkap Johanes.
     Freedom Rombot mahasiswa angkatan 2014 mengatakan jangan sampai pengadaan 2.000 almamater hanyalah sebuah solusi untuk menanggulangi ribuan almamater yang diduga dananya sengaja digelapkan oleh oknum di Unima.
     "Jangan sampai pengadaan jaket yang dijanjikan pimpinan Unima waktu lalu hanya ingin menutupi ribuan almamater lainnya yang tidak tahu dananya kemana," katanya.
     Ia mengatakan tidak mungkin dana pengadaan tahun 2014 tapi nanti dicetak tahun berikutnya, hal itu patut dipertanyakan, karena namanya pendanaan tahun ini harus diserahkan tahun ini.
     "Tidak mungkin dana pengadaannya tahun ini lalu diserahkan tahun depan atau dua tahun depan bahkan menjelang kami mendekati penyelesaian kuliah," ungkapnya.
     Ia menjelaskan dugaan penggelapan jaket almamater ini bahkan disinyalir sudah berlangsung sejak tahun 2007, hal ini sangat memprihatinkan, bahkan sesuai informasi pada saat pendaftaran tahun 2007 pengadaannya nanti 2008 sedangkan tahun 2008 dibuat 2009, begitupun seterusnya.
     "Melihat proses pengadaannya saja amburadul dan tidak jelas, ini sungguh memprihatinkan," ungkapnya.
     Sebelumnya aksi mahasiswa waktu lalu, PR IV Unima Rony Tuna mengatakan dalam proyek pengadaan jaket tersebut ada sekitar 5.600 yang diduga belum diterima mahasiswa.
     "Tim internal Unima dapatkan dari 1.500 jaket kemudian bertambah sampai sekitar 5.600 yang tidak tahu kemana, ini dipupuk dari tahun 2008 sampai 2015 yang jumlahnya meningkat menjadi sekitar 5.600, setelah diteliti memang ada persoalan," katanya.
     Akan tetapi, kata Rony, memang ada upaya perbaikan dan rencana pengadaan dari rektor yang menjabat saat ini, namun bukan berarti persoalan pengadaan jaket almamater ini kemudian selesai.
     Jika memang terindikasi ada penyalahgunaan anggaran, kata Rony, dirinya mendorong mahasiswa untuk melaporkannya ke aparat hukum.
     "Kalau seandainya adik-adik menilai ada indikasi pidana, silahkan lapor kepada pihak berwajib, dengan begitu akan diketahui siapa yang bersalah, karena manajemen sekarang siap dipanggil polisi kalau ternyata benar persoalan ini dari tahun 2007," katanya.
     Bahkan, kata dia, pihak rektorat sangat prihatin dengan apa yang terjadi, namun hal itu bukan kesalahan manajemen yang menjabat saat ini.
     "Ini tidak wajar, siapa yang salah silahkan tangkap, adik-adik boleh lapor polisi, itu yang menjadi kebijakan dari pimpinan Unima, sekali lagi itu bukan kesalahan manajemen sekarang, itu berlangsung sejak 2007, silahkan lapor polisi dan saya siap diperiksa," ungkapnya. ***2***

Pewarta : Martsindy Rasuh
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024