Manado, 29/8 (Antara) - Telkomsel terus mendorong agar layanan digital Tcash bisa menjangkau hingga ke pelosok desa di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Saat ini hampir sebagian besar penduduk di Sulut menggunakan layanan digital dalam pembayaran dan pembelian apapun," kata Branch Manager Telkomsel Manado Joseph Dangeubun di Manado, Selasa.

Dia mengatakan melihat pengguna Tcash di Kota Manado dan sekitarnya cukup tinggi, maka pihaknya akan mendorong agar bisa juga diakses oleh pelanggan di pelosok desa.

Ia menjelaskan pelanggan yang menggunakan Tcash tidak harus memiliki handphone android, namun semua jenis HP bisa menggunakan Tcash.

"Pengguna Telkomsel 2G, 3G maupun 4G bisa mengakses layanan digital Tcash," katanya.

Karena, katanya, dengan layanan pembayaran Tcash, masyarakat tidak perlu antre ke toko maupuan bank tapi bisa melalui tcash wallet bagi pengguna andoid dan juga bisa diakses melalui *800#.

Menurutnya masih banyak pelanggan Telkomsel di luar sana yang belum tersentuh lembaga keuangan lantaran daerah tempat tinggalnya yang jauh dari aktivitas kota.

Kalaupun ada yang memiliki akun bank, katanya, butuh usaha dalam mencapai institusi finansial tersebut untuk melakukan transaksi. Pasalnya kantor cabang atau ATM umumnya hanya terletak di lokasi-lokasi tertentu, yang kebanyakan di kota.

Oleh karenanya, Tcash dianggap sebagai salah satu solusi paling efisien untuk menjawab tantangan tersebut. Pelanggan bisa memiliki akun keuangan yang mudah diakses meski ketika berada di lokasi yang jauh dari keramaian kota. Asalkan terhubung di jaringan Telkomsel, transaksi apapun bisa dilakukan.

"Kami ingin menyiapkan cakupan keuangan Tcash hingga ke pelosok desa, sehingga kerja sama dengan perbankan, dan cakupan yang lebih luas. Tcash juga akan semakin kami sempurnakan," katanya.

Program Tcash ini, katanya, sebagai upaya dalam mendukung program pemerintah yakni Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT).

"Tcash jadi wujud dukungan Telkomsel untuk gerakan tersebut," jelasnya.

Di sisi lain, transaksi non tunai juga masih sangat rendah di Indonesia. Kalah jauh dibanding transaksi tunai.

Di Sulut memiliki 15 kabupaten dan kota dan 1.851 desa dan kelurahan.

Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Soekowardojo mengatakan pihaknya terus mendorong masyarakat di Sulut agar melakukan transaksi secara nontunai.

"Selain aman, juga akan jauh dari pungutan yang tidak penting," jelas Soekowardojo.

Dia menjelaskan GNNT telah dicanangkan oleh Bank Indonesia pada 14 Agustus 2014 dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap penggunaan instrumen nontunai, sehingga berangsur-angsur terbentuk suatu komunitas atau masyarakat yang bertransaksi nontunai dengan menggunakan instrumen nontunai (Less Cash Society/LCS) dalam kegiatan ekonominya.

Berbagai manfaat dapat dirasakan dengan bertransaksi nontunai. Pertama kepraktisan bertransaksi dan keamanan dalam membawa instrumen non tunai dibandingkan dengan uang tunai.

Kedua, efisiensi biaya antara biaya produksi instrument nontunai dengan biaya pencetakan, peredaran serta pengelolaan uang tunai tunai.

Ketiga, pencatatan transaksi secara otomatis sehingga memudahkan dalam menghitung aktivitas ekonomi. Hal tersebut tentu dapat mencegah underground economy yang umumnya dilakukan dalam bentuk tunai.

Keempat, penggunaan alat pembayaran non tunai juga akan meningkatkan sirkulasi uang dalam perekonomian (velocity of money).

Bank Indonesia selaku otoritas Sistem Pembayaran memandang perlunya upaya untuk mewujudkan LCS. Hal tersebut terlihat dari komitmen Bank Indonesia untuk mendorong elektronifikasi terhadap transaksi pembayaran dan penerimaan yang dilakukan oleh pemerintah, pelaku bisnis atau masyarakat.

Beberapa program telah dilaksanakan seperti elektronifikasi terhadap moda transportasi, retribusi parkir hingga penyaluran bantuan sosial secara non tunai kepada penerima.***3***




Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024