Manado, (Antara) - Bank Indonesia (BI) mendorong pengembangan padi, jagung dan kedelai di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) pada tahun 2017.

"Kami akan mendorong pengembangan tiga komoditas ini karena dinilai akan mampu mendorong kesejahteraan masyarakat terlebih peningkatan perekonomian daerah," kata Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Soekowardojo di Manado, Selasa.

Dia mengatakan komoditas padi, jagung dang kedelai sangat mudah bertumbuh dan berkembang di Provinsi Sulut.

"Apalagi, penghasilan penduduk Sulut sebagian di sektor pertanian," katanya.

BI akan berusaha memfasilitasi sehingga produksi dan produktivitas padi, jagung dan kedelai semakin tinggi.

Hal ini juga, katanya, untuk mendukung kebijakan pemerintah pusat dalam mengembangkan produk tersebut.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulut Moh Edy Mahmud mengatakan Angka Sementara (Asem) produksi padi di Sulawesi Utara tahun 2015 diperkirakan sebesar 674.169 ton Gabah Kering Giling (GKG), atau meningkat sebesar 36.242 ton (5,68 persen) dibandingkan produksi tahun 2014.

Peningkatan produksi di tahun 2015 disebabkan oleh luas panen yang meningkat yaitu seluas 137.438 hektare dengan produktivitas sebesar 49,05 ku/ha. Jika dibandingkan tahun 2014, luas panen dan produktivitas meningkat masing-masing sebesar 5,37 persen dan 0,29 persen.

Dia mengatakan untuk Asem produksi jagung tahun 2015 diperkirakan sebesar 300.490 ton biji kering. Dibandingkan tahun 2014, terjadi penurunan produksi sebesar 187.872 ton (-38,47 persen).

Penurunan produksi terjadi karena penurunan luas panen dari 127.475 hektare (2014) menjadi 80.872 hektare (2015) atau turun sebesar 36,56 persen. Demikian juga dengan produktivitas mengalami penurunan dari 38,31 kuintal/hektare (2014) menjadi 37,16 kuintal/hektare (2015), turun sebesar 3,00 persen.

Asem produksi kedelai tahun 2015 diperkirakan sebesar 6.685 ton biji kering. Dibandingkan tahun 2014, terjadi penurunan produksi sebesar 844 ton (-11,21 persen).

Penurunan produksi terjadi karena penurunan luas panen dari 5.641 hektare (2014) menjadi 5.113 hektar (2015), turun sebesar 9,36 persen. Demikian juga dengan produktivitas mengalami penurunan dari 13,35 kuintal/hektare (2014) menjadi 13,07 kuintal/hektare (2015), turun sebesar 2,10 persen. ***3***

(T.KR-FML/B/B012/B012) 25-04-2017 16:02:55

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024