Jakarta, 4/10 (Antara) - Deputi Direktur Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia Asral Mashuri mengajak masyarakat agar lebih menghargai uang rupiah agar uang tersebut bisa lebih lama beredarnya.

"Kami mengajak masyarakat di Indonesia agar lebih menghargai rupiah karena biaya produksinya cukup besar," kata Asral dalam Temu Wartawan Daerah BI di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan proses percetakan uang dari bahan sampai siap edar biayanya cukup tinggi, sehingga setelah sampai di tangan masyarakat harus lebih dihargai, agar uang tersebut bisa lama beredarnya.

Jika uang tersebut lama beredar di masyarakat, maka akan mengurangi biaya produksi selanjutnya.

"Akan terlihat kualitas uang rupiah di masyarakat saat masuk ke BI, apakah bisa edar lagi ataukah harus diracik," jelasnya.

Ia menjelaskan semakin kecil uang rupiah yang diracik maka semakin tinggi pula masyarakat menghargai rupiah.

Dia menambahkan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang memuat sanksi hukum bagi orang yang merusak uang dengan sengaja.

Setiap orang yang dengan sengaja merusak rupiah dengan maksud merendahkan, seperti merobek dan menggunting rupiah dengan unsur kesengajaan, akan dikenakan pidana 5 tahun, denda paling banyak Rp1 miliar.

BI juga melakukan edukasi kepada masyarakat agar lebih menghargai rupiah dan menjaga rupiah agar tidak cepat lusuh dan rusak melalui sosialisasi yang bekerja sama dengan beberapa lembaga terkait lain.

Saat ini banyak masyarakat pengguna yang tidak menjaga keutuhan selembar atau sekeping mata uang rupiah.

"Masyarakat terkadang membuang uang logam Rp 100 atau mencorat-coret selembar rupiah. Padahal mata uang tersebut seharusnya bisa lebih dihargai cara penyimpanannya sehingga terlihat baik saat dijadikan alat transaksi," katanya.

Dia berharap seluruh masyarakat, baik dari kalangan pengusaha maupun intansi pemerintah dan sebagainya, selalu menggunakan rupiah dalam bertransaksi.***3***


Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024