Jakarta (ANTARA) - Royke Tumilaar menyampaikan pesannya kepada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) usai tak lagi menjabat sebagai direktur utama.
Saat ditemui usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di Menara BNI, Jakarta, Rabu, Royke mengatakan, BNI masih menghadapi sejumlah tantangan yang perlu dihadapi.
“Pekerjaan rumahnya masih cukup banyak,” katanya.
Salah satu tantangannya adalah persoalan likuiditas ketat yang memicu tingginya cost of fund.
Terlebih, kondisi makroekonomi saat ini, baik secara global maupun domestik, menghadapi volatilitas dan ketidakpastian yang cukup tinggi.
Sementara itu, kebutuhan terhadap dolar AS juga terus meningkat, terutama dengan adanya kebijakan hilirisasi yang makin masif.
Juga ada persoalan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan yang tinggi, sehingga bank perlu mencari strategi untuk meningkatkan dana pihak ketiga (DPK).
“Untuk meningkatkan DPK dengan cepat adalah belanja pemerintah. Uang berputar keluar dari pemerintah dan masuk ke masyarakat itu akan menjadi sumber DPK baru,” jelas dia.
Selanjutnya, perbankan perlu lebih agresif dalam refinancing dolar demi memenuhi kebutuhan jangka panjang. Upaya menekan cost of fund juga menjadi kebutuhan mengingat hampir semua biaya pendanaan meningkat karena likuiditas yang ketat.
“Kalau yang lain, secara fundamental bagus. Perkembangan BNI terakhir kan positif semua,” tambahnya.
RUPST BNI hari ini menyepakati perombakan jajaran dan direksi perseroan, salah satunya yaitu pergantian posisi dirut dari Royke menjadi Putrama Wahju Setyawan.
Royke diganti karena berakhirnya masa jabatan. Adapun penggantinya, Putrama, sebelumnya merupakan Wakil Direktur Utama BNI.
Dalam masa kepemimpinan ke depan, Putrama ditemani oleh Alexandra Askandar sebagai Wadirut BNI. Alexandra sebelumnya menjabat sebagai Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI).
Untuk diketahui, sepanjang tahun 2024, BNI mencatatkan kinerja keuangan yang solid. Laba bersih perusahaan mencapai Rp21,5 triliun, meningkat 2,87 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp20,9 triliun.
Pertumbuhan ini didorong oleh transformasi digital yang berhasil meningkatkan tabungan sebesar 11 persen secara tahunan, dari Rp232 triliun pada tahun 2023 menjadi Rp258 triliun pada tahun 2024.