Manado, 2/9 (AntaraSulut)- Kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2015 secara umum sedikit melambat dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya.

"Perlambatan kinerja perbankan terindikasi dari melambatnya aset dan penghimpunan dana pihak ketiga," kata Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulut Peter Jacobs di Manado, Rabu.

Aset tumbuh melambat sebesar 15,14 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17,33 persen (yoy). Sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh melambat lebih dalam yaitu sebesar 9,11 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,30 persen (yoy). Meskipun aset dan DPK melambat, katanya, namun penyaluran kredit tumbuh meningkat sebesar 12,87 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,58 persen (yoy).

"Peningkatan kredit di tengah perlambatan DPK merupakan indikasi positif dari meningkatnya fungsi intermediary perbankan," jelasnya.

Pada triwulan III, kata dia, total aset mencapai Rp37,04 triliun, DPK mencapai Rp21,87 triliun dan kredit sebesar Rp28,51 triliun.

Berdasarkan jenisnya, perlambatan pertumbuhan DPK terjadi pada DPK bentuk tabungan dan deposito, sedangkan DPK bentuk giro mengalami peningkatan.

"Perlambatan tersebut disebabkan oleh penurunan simpanan masyarakat yang mana masyarakat merupakan sumber terbesar atau mendominasi 70 persen DPK perbankan, akibat penggunaan dalam perayaan Idul Fitri, liburan, `pengucapan`, dan tahun ajaran sekolah baru yang terjadi pada triwulan II 2015," jelasnya.

Di sisi kredit, katanya, peningkatan didorong oleh peningkatan kredit investasi. Kredit investasi tumbuh meningkat sebesar 55,86 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya 13,63 persen (yoy).

Peningkatan kredit investasi merupakan penyaluran kredit oleh salah satu bank BUMN sebesar Rp700 miliar pada bisnis pertambangan. Sementara itu, kredit modal kerja dan kredit konsumsi tumbuh melambat.

Secara sektoral, peningkatan kredit terjadi di beberapa sektor yaitu sektor pertambangan, sektor listrik dan gas, dan sektor konstruksi. Peningkatan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan yang tumbuh 1.377,42 persen (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 2,56 persen (yoy). Peningkatan tersebut merupakan kredit investasi pada sektor pertambangan khususnya subsektor bijih besi.

Sementara itu, peningkatan pertumbuhan kredit sektor listrik dan gas merupakan persiapan kebutuhan kelistrikan untuk megaproyek 35 ribu MW dan sektor konstruksi relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.

Adapun tingkat LDR perbankan meningkat pada triwulan II 2015 sebagaimana peningkatan kredit di tengah perlambatan DPK. Tingkat LDR meningkat menjadi 130,35 persen dari 128,12 persenpada triwulan sebelumnya.

Di sisi lain, kualitas kredit mengalami penurunan. Hal tersebut tercermin dari rasio NPL yang meningkat menjadi 3,96 persen dari 3,55 persen di triwulan sebelumnya. Namun demikian, rasio NPL tersebut masih berada di bawah batas aman 5 persen.***3***



(T.KR-NCY/B/T013/T013) 02-09-2015 06:16:01

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor :
Copyright © ANTARA 2024