Manado (ANTARA) - Akademisi dari Institut Agama Kristen Negeri (IAKN) Manado, DR Denni Pinontoan menilai antusiasme warga Sulawesi Utara dalam menyambut perhelatan pesta demokrasi, seperti Pilkada tahun 2024, cukup tinggi.
"Antusiasme warga di Pilkada hanya dilihat dengan berbondong-bondongnya mereka ke TPS. Itu menunjukkan adanya kesadaran bahwa pemilihan adalah bagian kehidupan sosial dan budayanya," kata Pinontoan, Rabu.
Menurut pria yang juga sempat mengajar di Universitas Kristen Tomohon (UKIT) itu bahwa hari pelaksanaan pemungutan suara, bagi masyarakat adalah hari yang ditunggu.
"Sejauh ini, keramaian di banyak titik masih menunjukkan kondusifitas. Menurut saya karena masyarakat Sulut punya sportifitas yang tinggi, dan tradisi memilih pemimpin sebagai suatu pesta," tambah dia.
Selain hajatan Pemilu legislatif, pilpres dan pilkada, ia mencontohkan juga antusiasme warga Sulut yang mengikuti pemilihan hukum tua (kades) di Minahasa, pemilihan Sangadi di Bolmong, dan Kapitalau di Sangihe-Talaud.
Bagi Pinontoan, siapapun yang terpilih di Pilkada, masyarakat mesti juga menggunakan haknya untuk ikut mengawasi jalannya pemerintahan.
Seperti prinsip demokrasi, yaitu keterpilihan oleh suara terbanyak - harus diterima sebagai pemimpinnya. Dan, demikian hak sebagai warna negara harus terus berlanjut, yaitu mengawasi dan berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam konteks jalannya pemerintahan.
Masyarakat mestinya tidak boleh hanya memilih pemimpin, tapi karena kedaulatan ada pada rakyat, maka harus ada upaya untuk memastikan bahwa jalannya pemerintahan adalah untuk mencapai visi bersama.
Seperti diketahui bawa Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara diikuti tiga pasangan calon, yaitu Yulius Selvanus-Victor Mailangkay (Gerindra, Nasdem, Golkar, PSI, PKS, PAN, PKB, Perindo), Elly Lasut-Hanny Pajouw (Partai Demokrat, Partai Buruh), sementara Steven Kandouw-Denny Tuejeh (PDIP, Hanura, Gelora).
"Antusiasme warga di Pilkada hanya dilihat dengan berbondong-bondongnya mereka ke TPS. Itu menunjukkan adanya kesadaran bahwa pemilihan adalah bagian kehidupan sosial dan budayanya," kata Pinontoan, Rabu.
Menurut pria yang juga sempat mengajar di Universitas Kristen Tomohon (UKIT) itu bahwa hari pelaksanaan pemungutan suara, bagi masyarakat adalah hari yang ditunggu.
"Sejauh ini, keramaian di banyak titik masih menunjukkan kondusifitas. Menurut saya karena masyarakat Sulut punya sportifitas yang tinggi, dan tradisi memilih pemimpin sebagai suatu pesta," tambah dia.
Selain hajatan Pemilu legislatif, pilpres dan pilkada, ia mencontohkan juga antusiasme warga Sulut yang mengikuti pemilihan hukum tua (kades) di Minahasa, pemilihan Sangadi di Bolmong, dan Kapitalau di Sangihe-Talaud.
Bagi Pinontoan, siapapun yang terpilih di Pilkada, masyarakat mesti juga menggunakan haknya untuk ikut mengawasi jalannya pemerintahan.
Seperti prinsip demokrasi, yaitu keterpilihan oleh suara terbanyak - harus diterima sebagai pemimpinnya. Dan, demikian hak sebagai warna negara harus terus berlanjut, yaitu mengawasi dan berpartisipasi secara aktif dan kritis dalam konteks jalannya pemerintahan.
Masyarakat mestinya tidak boleh hanya memilih pemimpin, tapi karena kedaulatan ada pada rakyat, maka harus ada upaya untuk memastikan bahwa jalannya pemerintahan adalah untuk mencapai visi bersama.
Seperti diketahui bawa Pilkada Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Utara diikuti tiga pasangan calon, yaitu Yulius Selvanus-Victor Mailangkay (Gerindra, Nasdem, Golkar, PSI, PKS, PAN, PKB, Perindo), Elly Lasut-Hanny Pajouw (Partai Demokrat, Partai Buruh), sementara Steven Kandouw-Denny Tuejeh (PDIP, Hanura, Gelora).