Manado, 16/4 (AntaraSulut) - Kepala Kantor Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Luctor Tapiheru mengatakan, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank perkreditan rakyat (BPR) di Sulut mengalami penurunan sebesar 17,06 persen Februari 2015.

"Februari 2015 NPL BPR Sulut sebesar Rp64,39 miliar atau turun 17,06 persen dibanding posisi yang sama tahun sebelumnya Rp77,63 miliar," kata Luctor di Manado, Kamis.

Penurunan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) tersebut menandakan bahwa masyarakat semakin sadar dalam pengembalian kredit ke bank.

NPL di sektor pertanian mencapai Rp527 juta, sektor industri Rp1,25 miliar, sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar Rp4,51 miliar, sektor jasa-jasa Rp662 juta, serta lainnya mencapai Rp59,42 miliar," katanya.

Penurunan NPL ini, katanya, pertanda yang cukup baik bahwa kredit bermasalah di Sulut semakin menurun, seiring dengan kerja keras dari perbankan dan niat debitur dalam pengembalian pinjaman mulai baik.

"Kendati secara nilai mengalami penurunan, namun secara rasio NPL hingga Januari 2015 masih sebesar 9,59 persen yakni berada di atas ketentuan BI hanya 5 persen," jelas Luctor.

Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) DPD Sulut Denny Senduk mengatakan, terjadinya NPL yang cukup tinggi pada BPR di Sulut karena pembiayaan ganda atau double financing.

"Pembiayaan ganda tersebut membuat nasabah tidak lancar mengembalikan pinjaman ke BPR," katanya.

Banyak nasabah mendapat biaya dari bank umum seperti Bank Pembangunan Daerah, kemudian mendapat lagi pinjaman dari BPR tertentu.

"Oleh karena itu, perlu ada koordinasi yang baik antarperbankan dengan lebih melihat lagi data dalam BI checking," ungkapnya.

BI berharap, BPR tetap menyalurkan kredit ke sektor produktif namun harus penuh dengan kehati-hatian, katanya.***3***

(T.K005/B/G004/G004) 16-04-2015 12:58:56

Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024