Manado (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) bersama dengan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) melakukan panen cabai rawit di wilayah tertinggal terdepan terluar (3T), khususnya di Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Kami bersama Pemkab dan petani di Talaud melakukan panen cabai rawit untuk menjaga ketahanan pangan di daerah 3T," kata Kepala BI Sulut Andry Prasmuko, di Manado, Selasa.

Andry mengatakan panen cabai rawit ini hasil budidaya Kelompok Tani Misu, Desa Sawang, Kecamatan Melonguane, Kabupaten Kepulauan Talaud.

"Hal ini merupakan bentuk sinergitas BI dan Pemkab untuk menjaga ketahanan pangan hingga pelosok negeri," katanya.

BI berharap pendampingan terus dilakukan sehingga dengan produksi secara mandiri, petani cabai bisa memenuhi kebutuhan di tingkat lokal dengan harga lebih kompetitif.

"Sehingga harga tidak bergejolak dan dimainkan spekulan, apalagi sejak dulu harga bahan pangan di wilayah 3T jauh di atas harga Kota Manado," katanya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Talaud Dirman Gumolung mengatakan kebutuhan cabai warga Talaud 80-90 persen bisa dipenuhi oleh petani lokal, karena ada puluhan poktan yang menanam cabai varietas lokal.

Dia berharap dengan adanya kerja sama BI dan Pemkab Talaud, diharapkan harga dan stok pangan akan tetap terjaga, otomatis harga stabil dan berdampak positif bagi inflasi di daerah.

Sekda Talaud Yohanis Kamagi menjelaskan struktur dan unsur hara tanah di Talaud memang tidak terlalu bagus, tapi masih bisa menghasilkan, karena berkat pendampingan Penyuluh Pertanian. 

Ia menjelaskan tanah di Kepulauan Talaud dasarnya karang, karena itu butuh intensifikasi penyuluh Pertanian, agar mampu menghasilkan produksi pertanian yang berkualitas.

Ke depan, katanya, poktan butuh dukungan bantuan teknologi, seperti traktor, pompa air maupun pupuk.
 

Pewarta : Nancy Lynda Tigauw
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2024