Manado,  (ANTARA Sulut) - Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Dr Joubert Maramis mengingatkan Indonesia masih menghadapi ancaman krisis pangan karena masih banyak daerah yang berpotensi mengalami rawan pangan.

"Indonesia saat ini masih menghadapi ancaman krisis energi dan pangan. Memang masalah swasembada pangan sudah menjadi isu nasional, dan banyak daerah khususnya di Indonesia Timur berpotensi mengalami rawan pangan," kata Joubert di Manado, Selasa.

Menurut dia, penyebab rawan pangan harus dilihat dari dua sisi yaitu penawaran dan permintaan. Dari sisi permintaan pasti setiap tahun bertambah karena penduduk dan pola makan yang masih didominasi nasi atau beras.

Namun ada masalah dari sisi penawaran, lahan pertanian menurun dan teknologi pengolahan dan diversifikasi produk pangan masih rendah.

Menurut dia, kondisi itu menyebabkan penawaran semakin semakin berkurang dari tahun ke tahun.

Berdasarkan berbagai masalah di atas, lanjutnya, maka solusinya adalah pemerintah harus sungguh-sungguh membuat kebijakan dan anggaran yang benar-benar berdampak langsung kepada petani dan peningkatan produktivitas pangan.

Menurut dia, perlu strategi modernisasi teknologi pangan serta penciptaan produk turunan padi yang memiliki nilai tambah tinggi dan memiliki jalur pemasaran global yang mampu membawa Indonesia pada swasembada pangan.

Turunan produk padi serta konsistensi kebijakan jangka panjang, katanya, adalah solusi atas swasembada beras di Indonesia.

"Bukan hanya swasembada beras tapi petani juga bisa kaya, tidak hanya sisi produksi yang dikelola tapi juga dari sisi permintaan," katanya.

Pewarta : Oleh Nancy Lynda Tigauw
Editor : Guntur Bilulu
Copyright © ANTARA 2024