Singapura, 30/3 (Antara/AFP) - Harga minyak dunia turun di perdagangan Asia, Senin, namun analis mengatakan kerugiannya dibatasi oleh kekhawatiran pasokan di Timur Tengah yang kaya minyak mentah setelah sejumlah pesawat tempur dipimpin Saudi menyerang sasaran pemberontak di Yaman.

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei turun 72 sen menjadi 48,15 dolar AS per barel, dan minyak mentah Brent untuk penyerahan Mei berkurang 41 sen menjadi 56,00 dolar AS per barel dalam perdagangan sore.

"Ada ketakutan besar bahwa konflik yang memburuk di Yaman bisa mengganggu aliran pasokan minyak di wilayah Teluk," Nicholas Teo, analis pasar di CMC Markets di Singapura, mengatakan kepada AFP.

"Saat ini harga minyak jatuh, tapi mungkin ada pembalikan tren jika situasi terus berlanjut," tambah Teo.

 Jet-jet tempur membom bandara internasional utama Yaman dan basis pasukan pemberontak di ibukota Sanaa pada Minggu.

Serangan terjadi hanya beberapa jam setelah para pekerja PBB dievakuasi menyusul pertempuran mematikan yang telah mengakibatkan  melonjaknya ketegangan antara Iran, yang mendukung para pemberontak, dengan kekuatan Timur Tengah lainnya.

India dan Pakistan juga bergerak untuk mengangkut warganya dari negara itu.

Yaman adalah produsen minyak kecil yang berada di sepanjang Selat Bab al-Mandab, di mana sekitar 3,8 juta barel minyak per hari diangkut melalui selat tersebut.

Negara ini telah dicengkeram oleh kekacauan sejak pemberontak Syiah meluncurkan pengambilalihan kekuasaan di Sanaa pada Februari.

Phillip Futures yang berbasis di Singapura mengatakan dalam sebuah komentarnya bahwa Yaman adalah "chokepoint pelayaran internasional dan dengan demikian, kita prihatin atas gangguan perdagangan di wilayah tersebut".

"Melihat karena pemberontak belum bereaksi terhadap serangan udara, konflik bisa bergerak ke arah manapun," kata dia.

Dikatakan fokus utama bagi para dealer minggu ini adalah data penggajian non pertanian AS pada Jumat (3/4), karena mereka sedang mencari petunjuk apakah ekonomi AS cukup sehat untuk Federal Reserve menaikkan suku bunganya tahun ini sesuai jadwal.


Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024