Manado (ANTARA) - Tim Penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami) bekerja sama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meneliti kondisi kesehatan mata pelajar SD di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).
Ketua Perdami Sulut Lely David Richard mengatakan kegiatan ini dilaksanakan atas bekerjasama Perdami, Kementerian Kesehatan RS RD Kandou, Bagian I.K Mata Fakultas Kedokteran Unsrat dan Ikatan Profesi Optometris Indonesia Pengda Sulut.
"Kami berharap kegiatan ini akan berdampak positif bagi masyarakat, khususnya pelajar SD di Manado. Rencananya kegiatan ini akan dievaluasi setiap tiga bulan selama setahun," kata Dr Lely didampingi Sekretaris Dr Franky R Kasih.
Pemeriksaan mata sejak dini penting dilakukan untuk memastikan mata anak kita sehat dan tidak berpotensi mempengaruhi keselamatan serta menghambat prestasi belajar di sekolah.
Hal ini disampaikan Tim Penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami Pusat) Prof Dr dr Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K) saat melakukan giat Pelatihan Guru untuk Sekrining Gangguan Penglihatan, Pemeriksaan Kesehatan Mata Anak SD dan Pemberian Kacamata Gratis di SD Negeri 25 Manado dan SD Negeri 112 Manado 5-7 Maret 2024.
Prof Nila yang juga adalah Menteri Kesehatan RI tahun 2014-2019 menjelaskan, program Perdami Pusat ini berbarengan dengan riset kondisi kesehatan mata untuk pelajar di Indonesia.
"Kami memerlukan data terkini untuk mencari solusi dan program yang tepat dalam mengatasi persoalan kesehatan mata di Indonesia. Sejumlah kota, telah kami kunjungi dan saat ini giliran Kota Manado," kata Prof Nila didampingi tim peneliti lainnya yakni Dr Kianti Raisa Darusman dan Dr. dr Ray Wagiu Basrowi.
Prof Nila berharap, Pelatihan Guru untuk Sekrining Gangguan Penglihatan akan membawa dampak positif untuk mendeteksi dini kesehatan mata anak dengan cara yang benar.
"Guru juga harus paham bahwa anak anak saat istirahat harus berada diluar kelas dan melihat jauh. Sekolah di Manado bagus, bisa melihat cahaya dengan baik, beda di Jakarta sudah dibatasi tembok," ujar Prof Nila, salah satu Dewan Penasehat PP Perdami.
Ia mengingatkan, anak-anak dengan gangguan penglihatan parah yang bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan dapat mengalami keterlambatan perkembangan motorik, bahasa, emosi, sosial dan kognitif, dengan konsekuensi seumur hidup.
"Anak usia sekolah dengan gangguan penglihatan juga dapat mengalami tingkat prestasi pendidikan yang rendah," katanya.
Ketua Perdami Sulut Lely David Richard mengatakan kegiatan ini dilaksanakan atas bekerjasama Perdami, Kementerian Kesehatan RS RD Kandou, Bagian I.K Mata Fakultas Kedokteran Unsrat dan Ikatan Profesi Optometris Indonesia Pengda Sulut.
"Kami berharap kegiatan ini akan berdampak positif bagi masyarakat, khususnya pelajar SD di Manado. Rencananya kegiatan ini akan dievaluasi setiap tiga bulan selama setahun," kata Dr Lely didampingi Sekretaris Dr Franky R Kasih.
Pemeriksaan mata sejak dini penting dilakukan untuk memastikan mata anak kita sehat dan tidak berpotensi mempengaruhi keselamatan serta menghambat prestasi belajar di sekolah.
Hal ini disampaikan Tim Penelitian Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami Pusat) Prof Dr dr Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek, Sp.M(K) saat melakukan giat Pelatihan Guru untuk Sekrining Gangguan Penglihatan, Pemeriksaan Kesehatan Mata Anak SD dan Pemberian Kacamata Gratis di SD Negeri 25 Manado dan SD Negeri 112 Manado 5-7 Maret 2024.
Prof Nila yang juga adalah Menteri Kesehatan RI tahun 2014-2019 menjelaskan, program Perdami Pusat ini berbarengan dengan riset kondisi kesehatan mata untuk pelajar di Indonesia.
"Kami memerlukan data terkini untuk mencari solusi dan program yang tepat dalam mengatasi persoalan kesehatan mata di Indonesia. Sejumlah kota, telah kami kunjungi dan saat ini giliran Kota Manado," kata Prof Nila didampingi tim peneliti lainnya yakni Dr Kianti Raisa Darusman dan Dr. dr Ray Wagiu Basrowi.
Prof Nila berharap, Pelatihan Guru untuk Sekrining Gangguan Penglihatan akan membawa dampak positif untuk mendeteksi dini kesehatan mata anak dengan cara yang benar.
"Guru juga harus paham bahwa anak anak saat istirahat harus berada diluar kelas dan melihat jauh. Sekolah di Manado bagus, bisa melihat cahaya dengan baik, beda di Jakarta sudah dibatasi tembok," ujar Prof Nila, salah satu Dewan Penasehat PP Perdami.
Ia mengingatkan, anak-anak dengan gangguan penglihatan parah yang bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan dapat mengalami keterlambatan perkembangan motorik, bahasa, emosi, sosial dan kognitif, dengan konsekuensi seumur hidup.
"Anak usia sekolah dengan gangguan penglihatan juga dapat mengalami tingkat prestasi pendidikan yang rendah," katanya.