Manado, 10/3 (AntaraSulut) - Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado Dr Joubert Maramis mengatakan niat Indonesia sebagai poros maritim dunia terlalu lambat.

"Saya melihat Indonesia punya niat untuk menjadikan sebagai poros maritim dunia, namun lambat dalam implementasinya," kata Joubert, di Manado, Selasa.

Joubert mengatakan menjadi poros atau hub maritim dunia berarti memilih apakah menjadi pelabuhan gateway atau hub saja.

Di Indonesia pelabuhan Tanjung Perak dan Priok masuk kategori hub atau poros namun masih domestik hub. Menjadi hub dunia berarti yang terbaik dan terbesar seperti mega hub /tranship Kaosiung di Taiwan dan hub transship di Hamburg Jerman.

Ini menjadi tantangan besar, katanya, bagi Indonesia karena berbicara mengenai hub atau poros dunia berarti berbicara tentang kualitas global atas custom, infrastruktur, internasional shipments, logistik performance, tracking dan tracing system, dan aspek timeless.

Saat ini, katanya, Indonesia masih konsentrasi di infrastruktur yang hanya salah satu elemen dari menjadi hub atau poros global.

Dia menjelaskan empat tahun lalu (2010) logistic performance index atau LPI Indonesia hanya diurutan 75 masih dibawah singapura (1), malaysia (29), thailand (35), pilipina (44), dan vietnam (53). Kita sudah bisa bayangkan strategi atau kerja keras seperti apa untuk menjadi hub atau poros maritim dunia.

Negara-negara ASEAN tiap tahun berpikir keras untuk menaikkan rating mereka yang masih jauh dari Singapura sebagai hub di Asia.

"Namun saya masih optimis asalkan pemerintah membangun hub atau poros di dua tempat yaitu Kuala Tanjung di Sumatera yang dekat dengan lalu lintas laut dunia dan di Bitung untuk segmen Australia," jelasnya.***1***



(T.KR-NCY/B/G004/G004) 10-03-2015 21:45:53

Pewarta : oleh Nancy Lynda Tigauw
Editor :
Copyright © ANTARA 2024