Manado (ANTARA) - Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Utara terus memperkuat edukasi kesehatan reproduksi bagi remaja guna mencegah kehamilan di usia muda.
"Kehamilan remaja merupakan fenomena global dengan penyebab yang diketahui jelas serta dampak serius terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi," ujar Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano T Tandaju, di Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Minggu.
Diano menyebutkan, beriringan dengan kemajuan teknologi, remaja dapat mengakses dengan mudah semua berita melalui Internet.
Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak mengungkap 66,6 persen anak laki-laki dan 62,3 persen anak perempuan di Indonesia mengakses kegiatan seksual (pornografi) secara online.
"Hal ini dapat berdampak negatif bagi karakter remaja yang mempunyai sifat mau mencoba hal yang baru," ujarnya.
Karena, menurut Diano, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kehamilan remaja adalah memberikan informasi kesehatan reproduksi yang benar dan mudah dipahami.
Harapannya, remaja dapat mengerti dan memahami fungsi reproduksi dan akibat yang dapat timbul bila melakukan seks pranikah.
"Sering terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, di mana pasangan yang masih usia remaja belum siap untuk menikah dan menjadi orang tua serta dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami stunting," ujarnya.
Diano berharap, program pembinaan kesehatan reproduksi bagi remaja kelompok risiko tinggi (anak tidak sekolah) dapat memberikan edukasi agar tidak menikah di usia muda, salah satunya untuk mencegah stunting.
"Kehamilan remaja merupakan fenomena global dengan penyebab yang diketahui jelas serta dampak serius terhadap kesehatan, sosial dan ekonomi," ujar Kepala Perwakilan BKKBN Sulut, Diano T Tandaju, di Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Minggu.
Diano menyebutkan, beriringan dengan kemajuan teknologi, remaja dapat mengakses dengan mudah semua berita melalui Internet.
Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak mengungkap 66,6 persen anak laki-laki dan 62,3 persen anak perempuan di Indonesia mengakses kegiatan seksual (pornografi) secara online.
"Hal ini dapat berdampak negatif bagi karakter remaja yang mempunyai sifat mau mencoba hal yang baru," ujarnya.
Karena, menurut Diano, salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah kehamilan remaja adalah memberikan informasi kesehatan reproduksi yang benar dan mudah dipahami.
Harapannya, remaja dapat mengerti dan memahami fungsi reproduksi dan akibat yang dapat timbul bila melakukan seks pranikah.
"Sering terjadi kehamilan yang tidak diinginkan, di mana pasangan yang masih usia remaja belum siap untuk menikah dan menjadi orang tua serta dapat mengakibatkan anak yang dilahirkan mengalami stunting," ujarnya.
Diano berharap, program pembinaan kesehatan reproduksi bagi remaja kelompok risiko tinggi (anak tidak sekolah) dapat memberikan edukasi agar tidak menikah di usia muda, salah satunya untuk mencegah stunting.