Manado (ANTARA) - Sekitar 19 hektare kawasan konservasi di Sulawesi Utara (Sulut) terbakar saat musim kering melanda wilayah ini beberapa bulan terakhir.
"Saat musim kering ini bahaya kebakaran hutan dan lahan harus diantisipasi," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Askhari Dg Masikki di Manado, Rabu.
Kawasan konservasi yang terbakar tersebut adalah Cagar Alam Batu Angus, di Kota Bitung, kira-kira seluas 12 hektare.
Begitupun dengan kawasan Cagar Alam Dua Sudara, Kota Bitung, juga diperkirakan seluas tujuh hektare yang hangus terbakar.
"Diduga kebakaran tersebut berasal dari kebun masyarakat," katanya.
Karena itu, Askhari mengatakan, langkah mitigasi yang bisa dilakukan adalah mengimbau masyarakat tidak melakukan pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar.
Bisa juga menurut dia, kebakaran hutan dan lahan terjadi dipicu puntung rokok yang dibuang tanpa dimatikan, dan kemudian membahayakan kawasan hutan yang di kawasan konservasi seperti musim kemarau saat ini.
"Kami juga mengharapkan dari pihak kelurahan, pihak kecamatan maupun pemerintah daerah mengimbau seluruh masyarakat, terutama masyarakat yang ada di sekitar kawasan ikut menjaga hutan dan lahan di kawasan tersebut," ujarnya.
Askhari juga memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang ikut berpartisipasi memadamkan api saat terjadi kebakaran dia kawasan konservasi seperti teman-teman di sektor atau seksi, manggala agni, jajaran TNI/Polri, masyarakat serta pemerintah daerah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 19 hektare kawasan konservasi di Sulut terbakar saat musim kering
"Saat musim kering ini bahaya kebakaran hutan dan lahan harus diantisipasi," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut, Askhari Dg Masikki di Manado, Rabu.
Kawasan konservasi yang terbakar tersebut adalah Cagar Alam Batu Angus, di Kota Bitung, kira-kira seluas 12 hektare.
Begitupun dengan kawasan Cagar Alam Dua Sudara, Kota Bitung, juga diperkirakan seluas tujuh hektare yang hangus terbakar.
"Diduga kebakaran tersebut berasal dari kebun masyarakat," katanya.
Karena itu, Askhari mengatakan, langkah mitigasi yang bisa dilakukan adalah mengimbau masyarakat tidak melakukan pembukaan lahan pertanian dengan cara membakar.
Bisa juga menurut dia, kebakaran hutan dan lahan terjadi dipicu puntung rokok yang dibuang tanpa dimatikan, dan kemudian membahayakan kawasan hutan yang di kawasan konservasi seperti musim kemarau saat ini.
"Kami juga mengharapkan dari pihak kelurahan, pihak kecamatan maupun pemerintah daerah mengimbau seluruh masyarakat, terutama masyarakat yang ada di sekitar kawasan ikut menjaga hutan dan lahan di kawasan tersebut," ujarnya.
Askhari juga memberikan apresiasi kepada pihak-pihak yang ikut berpartisipasi memadamkan api saat terjadi kebakaran dia kawasan konservasi seperti teman-teman di sektor atau seksi, manggala agni, jajaran TNI/Polri, masyarakat serta pemerintah daerah.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: 19 hektare kawasan konservasi di Sulut terbakar saat musim kering