Bangkok, (Antara/Reuters) - Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha memerintahkan untuk memperketat keamanan di Bangkok, Senin, setelah dua bom berkekuatan kecil mengguncang pusat perbelanjaan mewah pada Minggu (1/2) yang memicu ketegangan di bawah darurat militer sejak Mei 2014.
"Saya telah memerintahkan keamanan diperketat karena kasus ini melibatkan kesejahteraan rakyat," kata Prayuth kepada wartawan, Senin.
Sedikitnya dua orang terluka dari kejadian tersebut namun hanya menyebabkan kerusakan kecil. Ledakan bom tersebut merupakan kali pertama di ibukota Thailand sejak junta militer mengambil alih kekuasaan untuk mengakhiri protes jalanan yang berlangsung cukup lama.
"Kasus ini menunjukkan bahwa kita masih memerlukan darurat militer... masih ada orang jahat yang mengganggu perdamaian. Kita harus menemukan cara untuk menghukum mereka," tambah Prayuth.
Hingga saat ini masih belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan dan polisi belum menemukan tersangka tapi Prayuth mengatakan ia yakin para pembom akan ditemukan melalui rekaman CCTV di area tersebut.
Ledakan meledak di pusat salah satu distrik perbelanjaan tersibuk di Bangkok.
Sejak Januari 2015, ketegangan politik Thailand sudah memanas ketika majelis nasional yang dipimpin oleh junta melarang sementara mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra melalulkan kegiatan politik selama lima tahun depan.
Keputusan tersebut memicu kemarahan pendukung Yingluck dan Thaksin Shinawatra, Mantan Perdana Menteri Thailan sekaligus kakak Yingluck yang sedang diasingkan.
Bom itu terjadi hanya beberapa ratus meter dari lokasi bentrok militer dengan pendukung "baju merah" Shinawatra 2010 lalu.
Motif peledakan bom Minggu lalu tampaknya haya untuk membuat panik masyarakat bukan untuk mengambil nyawa, kata juru bicara junta Winthai Suvaree.
Kedua bom tersebut ditempatkan di belakang transformator daya pada jalan yang menghubungkan jalur rel overhead ke mal Siam Paragon, kata polisi.
"Saya telah memerintahkan keamanan diperketat karena kasus ini melibatkan kesejahteraan rakyat," kata Prayuth kepada wartawan, Senin.
Sedikitnya dua orang terluka dari kejadian tersebut namun hanya menyebabkan kerusakan kecil. Ledakan bom tersebut merupakan kali pertama di ibukota Thailand sejak junta militer mengambil alih kekuasaan untuk mengakhiri protes jalanan yang berlangsung cukup lama.
"Kasus ini menunjukkan bahwa kita masih memerlukan darurat militer... masih ada orang jahat yang mengganggu perdamaian. Kita harus menemukan cara untuk menghukum mereka," tambah Prayuth.
Hingga saat ini masih belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan dan polisi belum menemukan tersangka tapi Prayuth mengatakan ia yakin para pembom akan ditemukan melalui rekaman CCTV di area tersebut.
Ledakan meledak di pusat salah satu distrik perbelanjaan tersibuk di Bangkok.
Sejak Januari 2015, ketegangan politik Thailand sudah memanas ketika majelis nasional yang dipimpin oleh junta melarang sementara mantan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra melalulkan kegiatan politik selama lima tahun depan.
Keputusan tersebut memicu kemarahan pendukung Yingluck dan Thaksin Shinawatra, Mantan Perdana Menteri Thailan sekaligus kakak Yingluck yang sedang diasingkan.
Bom itu terjadi hanya beberapa ratus meter dari lokasi bentrok militer dengan pendukung "baju merah" Shinawatra 2010 lalu.
Motif peledakan bom Minggu lalu tampaknya haya untuk membuat panik masyarakat bukan untuk mengambil nyawa, kata juru bicara junta Winthai Suvaree.
Kedua bom tersebut ditempatkan di belakang transformator daya pada jalan yang menghubungkan jalur rel overhead ke mal Siam Paragon, kata polisi.