Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berkomitmen mengambil langkah serius, terpadu, dan berkelanjutan dalam penanganan penyintas terorisme melalui sejumlah program, seperti Forum Silaturahmi Penyintas (Forsitas) dan Silaturahmi Kebangsaan.
Sekretaris Utama BNPT Bangbang Surono, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan komitmen itu ditegakkan pada momentum Hari Internasional untuk Peringatan dan Penghormatan Bagi Korban Terorisme Tahun 2023.
"BNPT telah melaksanakan Forsitas yang merupakan kegiatan silaturahim dan solidaritas penyintas terorisme, serta menjadi wadah diskusi terkait program pemulihan yang dapat diakses para penyintas," kata Bangbang.
Forsitas merupakan program silaturahim dan solidaritas antar-penyintas terorisme; sementara Silaturahmi Kebangsaan adalah program yang mempertemukan mantan narapidana terorisme dengan penyintas untuk membangun budaya memaafkan dan rekonsiliatif.
Pada momentum peringatan internasional bagi korban terorisme tersebut, Bangbang mengajak segenap pemangku kepentingan untuk terus mendampingi penyintas agar mereka dapat menjadi mercusuar harapan untuk hidup yang lebih baik dan terciptanya perdamaian di Indonesia maupun seluruh dunia.
"Kepada rekan-rekan pemangku kepentingan, saya juga mendorong kita semua untuk terus menjadi pendamping yang membangun bagi para korban dan penyintas dari aksi-aksi terorisme," kata Bangbang Surono.
Dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada penyintas terorisme, lanjutnya, BNPT senantiasa bersinergi dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Sementara itu, Wakil Ketua LPSK Susilaningtias mengatakan pihaknya bersama BNPT telah bekerja sama untuk memperhatikan para penyintas.
"Dalam memerangi kejahatan terorisme dan memperhatikan korban terorisme, kami tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu padu," kata Susilaningtias.
Kemudian, Kepala Perwakilan PBB untuk RI Valerie Julliand mendorong berbagai pihak untuk terus berkomitmen dan berupaya penuh dalam mendukung hak dan kebutuhan penyintas.
"Mari kita terus bekerja dengan baik dalam upaya mendukung hak dan kebutuhan penyintas," kata Valerie.
Dalam peringatan Hari Internasional untuk Peringatan dan Penghormatan Bagi Korban Terorisme Tahun 2023 turut digelar aksi hening atau moment of silence, untuk memberikan penghormatan kepada seluruh korban terorisme, dengan dipimpin langsung oleh Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo.
Salah seorang penyintas yang hadir pada acara itu, Febby Firmansyah, mengapresiasi kehadiran negara dalam memperhatikan berbagai kebutuhan korban. Febby merupakan salah seorang korban ledakan bom JW Marriot di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tahun 2003.
"Saya juga mengapresiasi BNPT dan LPSK yang telah membantu segala kebutuhan korban, seperti kompensasi, pengobatan gratis, dan pemulihan psikososial. Hingga saat ini pun, kami masih berada dalam binaan BNPT dan LPSK, yang tentunya sangat bermanfaat untuk kami para penyintas," ucap Febby.
Salah seorang korban Serangan Jakarta Tahun 2016 di kawasan Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Dwieky Siti Rhomdoni, berharap tidak ada lagi kasus terorisme yang terjadi lagi. Menurut dia, semua manusia di dunia menginginkan kedamaian, bukan kekerasan.
"Kami ingin damai dan sejahtera. Mari kita semua agar selalu bergandeng tangan merapatkan barisan, melawan kekerasan, dan memulihkan luka korban," ujar Dwieky.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPT berkomitmen serius perhatikan penyintas terorisme
Sekretaris Utama BNPT Bangbang Surono, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, mengatakan komitmen itu ditegakkan pada momentum Hari Internasional untuk Peringatan dan Penghormatan Bagi Korban Terorisme Tahun 2023.
"BNPT telah melaksanakan Forsitas yang merupakan kegiatan silaturahim dan solidaritas penyintas terorisme, serta menjadi wadah diskusi terkait program pemulihan yang dapat diakses para penyintas," kata Bangbang.
Forsitas merupakan program silaturahim dan solidaritas antar-penyintas terorisme; sementara Silaturahmi Kebangsaan adalah program yang mempertemukan mantan narapidana terorisme dengan penyintas untuk membangun budaya memaafkan dan rekonsiliatif.
Pada momentum peringatan internasional bagi korban terorisme tersebut, Bangbang mengajak segenap pemangku kepentingan untuk terus mendampingi penyintas agar mereka dapat menjadi mercusuar harapan untuk hidup yang lebih baik dan terciptanya perdamaian di Indonesia maupun seluruh dunia.
"Kepada rekan-rekan pemangku kepentingan, saya juga mendorong kita semua untuk terus menjadi pendamping yang membangun bagi para korban dan penyintas dari aksi-aksi terorisme," kata Bangbang Surono.
Dalam memberikan perhatian dan bantuan kepada penyintas terorisme, lanjutnya, BNPT senantiasa bersinergi dengan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) dan Kantor PBB Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC).
Sementara itu, Wakil Ketua LPSK Susilaningtias mengatakan pihaknya bersama BNPT telah bekerja sama untuk memperhatikan para penyintas.
"Dalam memerangi kejahatan terorisme dan memperhatikan korban terorisme, kami tidak bisa bekerja sendiri. Pemerintah dan masyarakat harus bersatu padu," kata Susilaningtias.
Kemudian, Kepala Perwakilan PBB untuk RI Valerie Julliand mendorong berbagai pihak untuk terus berkomitmen dan berupaya penuh dalam mendukung hak dan kebutuhan penyintas.
"Mari kita terus bekerja dengan baik dalam upaya mendukung hak dan kebutuhan penyintas," kata Valerie.
Dalam peringatan Hari Internasional untuk Peringatan dan Penghormatan Bagi Korban Terorisme Tahun 2023 turut digelar aksi hening atau moment of silence, untuk memberikan penghormatan kepada seluruh korban terorisme, dengan dipimpin langsung oleh Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo.
Salah seorang penyintas yang hadir pada acara itu, Febby Firmansyah, mengapresiasi kehadiran negara dalam memperhatikan berbagai kebutuhan korban. Febby merupakan salah seorang korban ledakan bom JW Marriot di kawasan Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tahun 2003.
"Saya juga mengapresiasi BNPT dan LPSK yang telah membantu segala kebutuhan korban, seperti kompensasi, pengobatan gratis, dan pemulihan psikososial. Hingga saat ini pun, kami masih berada dalam binaan BNPT dan LPSK, yang tentunya sangat bermanfaat untuk kami para penyintas," ucap Febby.
Salah seorang korban Serangan Jakarta Tahun 2016 di kawasan Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat, Dwieky Siti Rhomdoni, berharap tidak ada lagi kasus terorisme yang terjadi lagi. Menurut dia, semua manusia di dunia menginginkan kedamaian, bukan kekerasan.
"Kami ingin damai dan sejahtera. Mari kita semua agar selalu bergandeng tangan merapatkan barisan, melawan kekerasan, dan memulihkan luka korban," ujar Dwieky.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPT berkomitmen serius perhatikan penyintas terorisme