New York, (Antara/Xinhua) - Kurs dolar AS menguat terhadap sebagian besar mata uang utama lainnya pada Kamis (Jumat pagi WIB), setelah laporan produk domestik bruto (PDB) riil AS pada kuartal ketiga tumbuh lebih besar dari yang diperkirakan.

Hal itu memperkuat spekulasi pasar bahwa Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga utamanya lebih awal dari perkiraan, mengingat momentum kenaikan ekonomi.

PDB riil AS bertumbuh pada tingkat tahunan sebesar 3,5 persen di kuartal ketiga tahun ini, menurut estimasi awal yang dirilis oleh Departemen Perdagangan AS pada Kamis, mengalahkan estimasi para analis untuk pertumbuhan tiga persen.

Selain itu, jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim awal untuk tunjangan pengangguran dalam pekan yang berakhir 25 Oktober naik 3.000 menjadi 287.000, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan Kamis. Angka tersebut  secara historis tetap pada tingkat rendah, menunjukkan pasar tenaga kerja membaik.

Data ekonomi positif konsisten dengan keputusan Fed untuk mengakhiri program stimulus pembelian aset enam tahun sehari sebelumnya, membuktikan sudut pandang bank sentral bahwa ekonomi AS terus tumbuh pada kecepatan "moderat" dan bahwa "kondisi pasar tenaga kerja terus agak membaik, dengan kenaikan lapangan pekerjaan yang mantap dan tingkat pengangguran lebih rendah".

Meskipun Fed pada Rabu mengatakan bahwa pihaknya tidak akan menaikkan suku bunga untuk "waktu yang cukup" setelah berakhirnya program pembelian aset, investor masih terhibur oleh  keseluruhan nada optimis The Fed tentang ekonomi dan lebih menjamin kenaikan suku bunga pada pertengahan 2015.

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,2612 dolar dari 1,2646 dolar di sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,6002 dolar dari 1,6022 dolar. Dolar Australia naik ke 0,8837 dolar dari 0,8805 dolar.

Dolar dibeli 109,34 yen Jepang, lebih tinggi dari 108,79 yen pada sesi sebelumnya. Dolar naik tipis menjadi 0,9562 franc Swiss dari 0,9536 franc Swiss, dan bergerak turun ke 1,1193 dolar Kanada dari 1,1197 dolar Kanada.  

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah sebesar 33 poin menjadi Rp12.115 dibandingkan posisi sebelumnya Rp12.082 per dolar AS.

"Dolar AS kembali terapresiasi didorong oleh pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III tahun ini sehingga memicu sebagian pelaku pasar mengalihkan asetnya dalam bentuk mata uang AS," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa departemen perdagangan AS mencatat produk domestik bruto pada kuartal III tumbuh sebesar 3,5 persen, naik dari ekspektasi sebelumnya yang hanya 3 persen.

Data tersebut, lanjut dia, sekaligus mendukung pernyataan the Fed bahwa pemulihan ekonomi AS sebagian besar telah berada pada jalurnya. Pertumbuhan ekonomi AS itu bisa menggeser fokus investasi dari pasar keuangan bersiko, salah satunya Indonesia.

Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa sentimen dari hasil pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang menghentikan program stimulus keuangannya juga masih membebani mata uang rupiah.

"Laju rupiah masih melanjutkan pelemahannya seiring dengan kembali terapresiasinya laju dolar AS pasca selesainya program pembelian obligasi the Fed," katanya.

Menurut dia, sentimen positif untuk mata uang rupiah yang datang dari eksternal masih cukup minim, sementara di dalam negeri pelaku pasar juga masih menantikan kepastian kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

"Sentimen yang ada belum memungkinkan bagi rupiah untuk bergerak menguat. Kendati demikian, ruang penguatan masih cukup terbuka jika ada kepastian dari kenaikan BBM yang diharapkan dapat memperbaiki neraca transaksi berjalan," katanya. 




Pewarta :
Editor :
Copyright © ANTARA 2024