Manado, 27/10 (AntaraSulut) - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Utara, Gorontalo dan Maluku Utara Purnama Jaya mengatakan pihaknya terus melakukan sosialisasi literasi keuangan kepada siswa-siswa di Kota Manado, agar memahami secara dini tentang literasi keuangan.

"Kami terus melakukan sosialisasi literasi keuangan kepada siswa-siswa karena, telah dimasukkan dalam kurikulum 2013 dan harus dipelajari khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) di seluruh tanah air Indonesia," kata Purnama, di Manado, Senin.

Purnama mengatakan sosialisasi ini dilakukan, untuk mendukung peningkatan literasi dan utilisasi jasa keuangan di kalangan pelajar.

Sejauh ini, kata Purnama, literasi atau pemahaman masyarakat akan produk atau lembaga jasa keuangan masih minim. Terlihat dari masih banyaknya tindak pidana perbankan seperti kredit bodong dan terlebih lagi investasi di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing.

"Karena itu kurikulum literasi keuangan sangat penting sehingga mereka (siswa) bisa tahu sejak dini. Jika mereka tahu mengenai literasi keuangan maka mereka sejak kecil sudah bisa menghemat, pikiran mereka sudah tidak lagi main `internet`, jajan sembarangan tapi akan mulai menabung atau investasi yang tentunya di pasar modal. Tahu untung ruginya dan tidak terhindar dari penipuan," katanya.

Seperti diketahui, berdasarkan data OJK, indeks literasi dan indeks utilitas sektor keuangan di Indonesia masih sangat kecil. Masyarakat pada umumnya hanya paham perbankan sedangkan asuransi, perusahaan pembiayaan, dana pensiun, pasar modal dan pegadaian masih sangat kecil.

Masyarakat yang paham perbankan hanya 21,8 persen sedangkan lainnya sangat kecil terlebih pada pasar modal hanya 3,79 persen. "Jadi perlu dikenalkan dari sekarang mengenai industri keuangan," jelas Purnama.

OJK sebagai regulator di industri jasa keuangan meletakkan Program Literasi Keuangan sebagai salah satu program kerja prioritas. Harapannya adalah dapat mendorong pemahaman, keterampilan, dan kepercayaan masyarakat dalam menggunakan produk jasa keuangan.

Dia mengakui tugas melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tidak mudah karena pihaknya harus ciptakan program-program yang dapat menyasar semua segmen tersebut dengan baik.

Ia menyebutkan anggaran untuk mendukung kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang OJK dan industri jasa keuangan cukup tinggi.

"Secara keseluruhan, anggaran untuk sosialisasi lebih dari sepuluh persen dari keseluruhan anggaran OJK," katanya.

Salah satu tantangan utama untuk meningkatkan literasi dan utilisasi masyarakat Indonesia terhadap produk jasa keuangan adalah faktor geografis yang luas dan tersebar di berbagai pulau.

�Di negara maju, literasi keuangan merupakan hal yang utama. Maka, pemahaman terkait literasi keuangan penting dilakukan,� ujarnya.

Tidak hanya sektor perbankan, masyarakat yang tahu betul soal asuransi hanya 17,84 persen atau 18 orang dari 100 orang, melek multifinance (pembiayaan) hanya 9,8 persen, melek dana pensiun 7 persen, penggadaian 14,85 persen dan paling rendah pemahaman soal pasar modal hanya 3,9 persen saja.

Kondisi ini tentu menjadi latar belakang rendahnya tingkat literasi keuangan masyarakat. "Dampaknya, demand produk jasa keuangan di Indonesia rendah," kata dia.

Untuk itulah, OJK bertekad menaikkan demand produk jasa keuangan dengan memberikan stimulasi kepada semua kalangan. Mulai pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, UKM hingga kalangan profesional. OJK, sambung Agus, memiliki tujuan dengn program tersebut.***2***


Pewarta :
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024