Sitaro (ANTARA) - Tingkat aktivitas Gunung Karangetang di Pulau Siau, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro (Sitaro) resmi diturunkan dari Siaga (Level III) menjadi waspada (Level II).
Penurunan tingkat aktivitas gunung dengan ketinggian 1.784 meter di atas permukaan laut ini, sebagaimana laporan evaluasi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI) Nomor:200.Lap/GL.03/BGL/2023, tertanggal 26 April 2023.
"Tingkat aktivitas Gunung Karangetang tanggal 26 April 2023 diturunkan dari siaga (level III) ke waspada (level II) tepat pukul 16.00 wita," kata Kepala Pos Gunung Api Karangetang, Yudia Tatipang, Kamis.
Tatipang menjelaskan, aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava pada kawah utama maupun kawah utara, karakteristik erupsinya adalah erupsi efusif (leleran lava), dan sejak 8 Februari 2023 Gunung Karangetang mengalami erupsi.
"Sehingga saat itu pada pukul 16:00 WIB tingkat aktivitasnya dinaikan dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga), erupsi terjadi dari Kawah Utama, mengeluarkan leleran lava pada Kawah Utama mengarah ke barat daya dan selatan, mengarah ke kali Beha barat, kali Batang, kali Timbelang, kali Batuawang dan kali Kahetang, dengan jarak luncur mencapai sekitar 2000 meter dari pusat kegiatan (Kawah Utama)," jelasnya.
Secara visual selama perioda 1 – 25 April 2023, umumnya cuaca cerah hingga hujan, gunung kadang tertutup kabut, pada saat cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang, tinggi kolom asap maksimum mencapai 200 m di atas puncak, angin lemah hingga kencang ke arah timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut.
"Erupsi efusif teramati hingga 1 April 2023, kejadian guguran sudah tidak tampak lagi, di malam hari pada puncak masih tampak adanya sinar api diam setinggi sekitar 10 m. Kondisi Kawah Utara teramati pada malam hari masih tampak adanya api diam di tubuh kubah lava, guguran tidak teramati," urai Tatipang.
Sehingga sesuai evaluasi saat ini, erupsi efusif Gunung Karangetang menunjukan penurunan, leleran lava dan guguran lava tidak teramati. Dari seismisitas jenis gempa guguran yang merupakan indikasi terjadinya erupsi efusif (lava meluncur) sudah menurun bahkan sejak 6 April 2023 gempa Guguran tidak terekam. Dilihat dari kejadian ini kemungkinan suplai magma telah berkurang atau energi dorongan kurang kuat sehingga lava tidak dapat keluar, sedangkan gempa fase banyak mulai meningkat.
"Selain itu mewaspadai adanya awan panas guguran dimana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava. Juga karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor," kutip Tatipang sesuai laporan.
Terkait dengan potensi ancaman bahaya, menurut Tatipang menambahkan, akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran atau guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir.
"Ini perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah atau sungai tersebut, selain itu juga perlu diwaspadai terjadinya lahar di waktu hujan di puncak," imbau dia.
Sementara itu, Wakil Bupati Sitaro, John Palandung memastikan pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan Pos Karangetang di Desa Salili Kecamatan Siau Tengah atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
"Pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan petugas pos termasuk pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi di Bandung. Tentunya masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan situasi terutama musim penghujan saat ini," tukas Palandung.
Perlu diketahui, sesuai dengan evaluasi, Gunung Karangetang merupakan gunung api strato, secara geografis terletak pada posisi koordinat 20 47’Lintang Utara dan 1250 24’ Bujur Timur. TInggi puncaknya sekitar 1.784 m di atas permukkaan laut.
Secara administratif Gunung Karangetang berada di Pulau Siau termasuk wilayah Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Gunungapi Karangetang diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung api yang berlokasi di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.(*)
Penurunan tingkat aktivitas gunung dengan ketinggian 1.784 meter di atas permukaan laut ini, sebagaimana laporan evaluasi Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia (ESDM RI) Nomor:200.Lap/GL.03/BGL/2023, tertanggal 26 April 2023.
"Tingkat aktivitas Gunung Karangetang tanggal 26 April 2023 diturunkan dari siaga (level III) ke waspada (level II) tepat pukul 16.00 wita," kata Kepala Pos Gunung Api Karangetang, Yudia Tatipang, Kamis.
Tatipang menjelaskan, aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava pada kawah utama maupun kawah utara, karakteristik erupsinya adalah erupsi efusif (leleran lava), dan sejak 8 Februari 2023 Gunung Karangetang mengalami erupsi.
"Sehingga saat itu pada pukul 16:00 WIB tingkat aktivitasnya dinaikan dari Level II (Waspada) ke Level III (Siaga), erupsi terjadi dari Kawah Utama, mengeluarkan leleran lava pada Kawah Utama mengarah ke barat daya dan selatan, mengarah ke kali Beha barat, kali Batang, kali Timbelang, kali Batuawang dan kali Kahetang, dengan jarak luncur mencapai sekitar 2000 meter dari pusat kegiatan (Kawah Utama)," jelasnya.
Secara visual selama perioda 1 – 25 April 2023, umumnya cuaca cerah hingga hujan, gunung kadang tertutup kabut, pada saat cerah teramati asap kawah putih dengan intensitas tipis hingga sedang, tinggi kolom asap maksimum mencapai 200 m di atas puncak, angin lemah hingga kencang ke arah timur laut, timur, tenggara, selatan, barat daya, barat dan barat laut.
"Erupsi efusif teramati hingga 1 April 2023, kejadian guguran sudah tidak tampak lagi, di malam hari pada puncak masih tampak adanya sinar api diam setinggi sekitar 10 m. Kondisi Kawah Utara teramati pada malam hari masih tampak adanya api diam di tubuh kubah lava, guguran tidak teramati," urai Tatipang.
Sehingga sesuai evaluasi saat ini, erupsi efusif Gunung Karangetang menunjukan penurunan, leleran lava dan guguran lava tidak teramati. Dari seismisitas jenis gempa guguran yang merupakan indikasi terjadinya erupsi efusif (lava meluncur) sudah menurun bahkan sejak 6 April 2023 gempa Guguran tidak terekam. Dilihat dari kejadian ini kemungkinan suplai magma telah berkurang atau energi dorongan kurang kuat sehingga lava tidak dapat keluar, sedangkan gempa fase banyak mulai meningkat.
"Selain itu mewaspadai adanya awan panas guguran dimana kubah lava lama masih ada di puncak yang sewaktu-waktu dapat rubuh bersamaan dengan keluarnya lava. Juga karakteristik awan panas guguran Gunung Karangetang terjadi dari penumpukan material lava yang gugur atau longsor," kutip Tatipang sesuai laporan.
Terkait dengan potensi ancaman bahaya, menurut Tatipang menambahkan, akumulasi material hasil erupsi efusif yang berada di lembah-lembah jalur luncuran atau guguran lava pijar berpotensi menjadi guguran lava ke bagian hilir.
"Ini perlu kewaspadaan masyarakat yang tinggal di sekitarnya serta masyarakat yang akan melintasi lembah atau sungai tersebut, selain itu juga perlu diwaspadai terjadinya lahar di waktu hujan di puncak," imbau dia.
Sementara itu, Wakil Bupati Sitaro, John Palandung memastikan pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan Pos Karangetang di Desa Salili Kecamatan Siau Tengah atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
"Pemerintah daerah akan terus berkoordinasi dengan petugas pos termasuk pihak Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi di Bandung. Tentunya masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan situasi terutama musim penghujan saat ini," tukas Palandung.
Perlu diketahui, sesuai dengan evaluasi, Gunung Karangetang merupakan gunung api strato, secara geografis terletak pada posisi koordinat 20 47’Lintang Utara dan 1250 24’ Bujur Timur. TInggi puncaknya sekitar 1.784 m di atas permukkaan laut.
Secara administratif Gunung Karangetang berada di Pulau Siau termasuk wilayah Kabupaten Sitaro, Provinsi Sulawesi Utara. Gunungapi Karangetang diamati secara visual dan instrumental dari Pos Pengamatan Gunung api yang berlokasi di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara.(*)