Manado (ANTARA) - Hasil kajian peneliti ataupun akademisi diharapkan dapat mendorong hilirisasi produk obat tradisional di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut).

"Harapannya demikian, setelah teregistrasi ke BPOM, hasil kajian dari peneliti ataupun akademisi diarahkan berujung pada hilirisasi," sebut Peneliti dari Jurusan Biologi FMIPA Universitas Sam Ratulangi Manado, Prof. Dr. Dingse Pandiangan, MSi di Manado, Sabtu.

Hasil kajian peneliti atau akademisi ini, dapat dimanfaatkan oleh masyarakat bisa melalui bidang usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau industri.

Apalagi, Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado pada beberapa waktu lalu telah melakukan 'Focus Group Discussion Jejak Empiris Herbal Sulawesi Utara'.

Provinsi ujung utara Sulawesi tersebut  memiliki keanekaragaman obat tradisional yang bisa diolah terstandarisasi menjadi obat herbal.

Dia menyebutkan, inventarisasi terhadap desa-desa yang sudah melakukan pengobatan tradisional sudah dimulai tahun 1997-2017 dan banyak ditemukan obat tradisional herbal.

Dia kemudian mencontohkan ditemukannya pertama 'Pica Piring' (bahasa Sangihe) dan dalam bahasa Indonesia tapak dara atau Catharanthus roseus yang diinventarisasi di Tabukan Tengah untuk mengobati penyakit muntah darah dan blende dan setelah dikaji ternyata mengobati penyakit kanker.

Pengkajian pada tahun 1997-2006 masih terkait tapak dara (Catharanthus roseus) mulai dari penapisan fitokimia sampai produksi senyawa aktif katarantin dalam bioreaktor.

Hasil invensi dalam produksi senyawa aktifnya dalam bioreaktor tersebut telah diperoleh sertifikat patennya.

Inventarisasi tumbuhan obat tradisional berikutnya yaitu di Langowan, ditemukan sebutan orang Kakas (Kabupaten Minahasa) Pasote dan di Modoinding, Kabupaten Minahasa Tenggara disebut 'Sambote' sebagai obat tradisional kolesterol dan gula.

Inventarisasi tanaman obat tradisional tersebut menyebar mulai dari Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Siau-Tagulandang-Biaro (Sitaro), Kabupaten Minahasa, Kabupaten Bolaang Mongondow.

Pewarta : Karel Alexander Polakitan
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2024