Jakarta (ANTARA) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) melantik mantan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri Komjen Pol. Rycko Amelza Dahniel menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin.

“Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, menimbang dan seterusnya, mengingat dan seterusnya, memutuskan, menetapkan dan seterusnya, kesatu dan seterusnya, kedua mengangkat Saudara Komjen Prof. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme,” kata Sekretaris Kementerian Sekretariat Negara Setya Utama dalam pelantikan Rycko Amelza.

Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada waktu ditetapkan, yakni tanggal 3 April 2023.

Pelantikan Komjen Pol. Rycko Amelza berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 51/TPA Tahun 2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan dari Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Utama di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Komjen Pol. Rycko Amelza merupakan salah satu sosok berprestasi yang reputasinya mencuat usai tragedi Bom Bali II, sebuah peristiwa teror yang telah menggemparkan Indonesia dan dunia.

Ia memperoleh kenaikan pangkat luar biasa saat tergabung dalam tim Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri yang berhasil melumpuhkan teroris Dr. Azahari, sosok yang diduga kuat merupakan dalang di balik Bom Bali II beserta rangkaian peristiwa teror lainnya di Tanah Air.

Kala itu, Bareskrim Polri tak hanya berhasil melumpuhkan Dr. Azahari. Mereka juga berhasil melumpuhkan kelompok teror Azahari di Kota Batu, Malang, Jawa Timur, pada 9 November 2005.
 
Rycko yang sebelumnya menjabat sebagai Kanit Banmin Subden Bantuan Densus 88/Antiteror Bareskrim Polri, lantas mengalami kenaikan posisi menjadi Kapolresta Sukabumi Polwil Bogor Polda Jawa Barat.
 
Nyaris 2 dekade berlalu sejak peristiwa tersebut, lulusan terbaik Akpol 1988 ini pun dipercaya oleh negara untuk menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
 
Rycko ditunjuk oleh Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo untuk menggantikan Komjen Pol. Boy Rafli Amar yang memasuki masa pensiun. Penunjukan tersebut dikonfirmasi oleh Asisten Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Irjen Pol. Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (31/3).
 
Berikut ini adalah berbagai tonggak pencapaian yang ditempuh oleh Rycko Amelza dalam perjalanannya hingga menjadi seorang Kepala BNPT.
 
 
Jejak karier
 
Memperoleh penghargaan Adhi Makayasa sebagai lulusan terbaik Akpol 1988 telah menggambarkan sosok Rycko yang cemerlang sejak masih menempuh pendidikan di Akademi Kepolisian (Akpol).
 
Pria kelahiran Bogor, 14 Agustus 1966 ini pun mengemban tugas pertamanya sebagai perwira pertama (pama) Polda Metro Jaya Lulusan Akpol Tahun 1988. Di sela-sela kariernya sebagai anggota Polri, Rycko nyatanya tak meninggalkan dunia akademis. Pada tahun 2001, Rycko berhasil meraih gelar sebagai lulusan Magister (S2) Ilmu Administrasi di Universitas Indonesia.
 
Selanjutnya, pada tahun 2002, suami dari Yudaningrum ini mengikuti pendidikan Sekolah Staf dan Pimpinan Lemdiklat Polri (Sespimpol). Rycko pun kembali lulus dengan predikat terbaik untuk penulisan Naskah Strategis.
 
Tidak berhenti mengasah kemampuan akademis pada tingkat S2 dan pendidikan Sespimpol, Rycko pun menempuh pendidikan pada jenjang S3 dan berhasil tercatat sebagai lulusan doktor (S3) Kajian Ilmu Kepolisian Universitas Indonesia pada tahun 2008 dengan predikat cum laude.
 
Dalam situs resmi Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, nama Rycko Amelza Dahniel terpampang sebagai salah satu dari empat polisi di laman profil alumni.
 
Jenjang kariernya pun mencerminkan berbagai gelar akademis yang tersemat dalam nama Komjen. Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si. ini. Setelah menjadi ajudan Presiden keenam Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada periode kedua pemerintahan SBY, Rycko menjabat sebagai Kepala Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) yang berada di bawah kendali Lembaga Pendidikan Polri (Lemdikpol) pada periode 3 Oktober 2014-5 Oktober 2016.
 
Ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Akademi Kepolisian (2 Juni 2017-26 April 2019), hingga menjadi Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Polri dengan masa jabatan 18 Februari 2021-27 Maret 2023.
 
Tak hanya terkait bidang pendidikan dan pelatihan, ayah dari tiga anak ini juga pernah menjadi kapolda sebanyak dua kali, yakni Kapolda Sumatera Utara pada periode 5 Oktober 2016-2 Juni 2017 dan Kapolda Jawa Tengah dengan masa jabatan 26 April 2019-1 Mei 2020, serta menempati jabatan sebagai Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri pada periode 1 Mei 2020-18 Februari 2021.
 
Kini, ia dipercaya menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme ke-6 Republik Indonesia.
 
Pesan untuk Kepala BNPT
 
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Kepolisian (Lemkapi) Dr. Edi Hasibuan mengemukakan sosok Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus memiliki kemampuan deradikalisasi paham terorisme.
 
Lebih lanjut, Edi Hasibuan juga mengatakan bahwa sosok Kepala BNPT butuh koordinasi dengan Polri agar bisa saling mendukung dalam menyukseskan program deradikalisasi yang dicanangkan pemerintah.
 
Ke depannya, Rycko selaku Kepala BNPT juga memiliki tanggung jawab untuk turut menyukseskan rangkaian ASEAN Summit, hingga Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang akan digelar kurang dari satu tahun lagi.
 
Selaku Kepala BNPT, Rycko harus mampu memberikan rasa aman kepada masyarakat dengan jaminan bahwa Indonesia, dalam berbagai agenda besar berskala nasional dan internasional tersebut, bebas dari ancaman teror.







 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rycko Amelza, personel tim penakluk Dr. Azahari, jadi Kepala BNPT

Pewarta : Putu Indah Savitri
Editor : Hence Paat
Copyright © ANTARA 2024