Beijing, 20/9 (Antara) - Indonesia dan Tiongkok sepakat untuk membahas kembali produk sarang burung walet Indonesia yang tersendat memasuki pasar Negeri Panda itu, meski kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman tentang sarang burung walet.
Hal itu terungkap dalam rangkaian pertemuan  Menteri Pertanian RI Suswono  dengan mitranya Menteri Pertanian Tiongkok Han Changfu, demikian  ungkap Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo kepada Antara di Beijing, Sabtu.
 Kedua pihak sepakat untuk menelusuri kembali kendala teknis yang dihadapi, dan berupaya mencari titik temu agar sarang burung walet Indonesia dapat memasuki pasar Tiongkok dengan aman.
  Indonesia dan Tiongkok sebelumnya telah bersepakat untuk memasarkan produk sarangn burung walet di dalam negeri Tiongkok. Namun, sejak kesepakatan itu dilakukan sarang burung walet Indonesia belum dapat dipasarkan di Tiongkok dengan alasan higienitas. Â
Kementerian Perdagangan menyatakan ekspor sarang walet Indonesia ke Tiongkok dilarang untuk sementara waktu karena ditemukan kandungan nitrit pada produk tersebut.
 Penemuan kandungan nitrit yang berlebihan dianggap membahayakan dan didapati dari sejumlah sarang burung yang mayoritas impor dari Indonesia. Terkait itu, kedua pihak akan membahas hal yang terkait, termasuk batas untuk standar nitrit yang boleh terkandung dalam sarang burung walet.
Sarang walet yang belum diperiksa menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) belum bisa dikirim ke luar negeri. Harus disertifikasi dulu dan hingga kini sudah ada tujuh perusahaan yang dapat sertifikasi dari badan karantina guna dapat mengirimkan sarang burung walet ke luar negeri termasuk Tiongkok.
Sebelumnya, ekspor sarang burung walet sudah bisa dilakukan tanpa melalui perantara Malaysia setelah Indonesia-Tiongkok menandatangani kesepakatan ekspor sarang walet.
Potensi ekspor sarang walet Indonesia ke luar negeri berjumlah sekitar 200 ton per tahun dimana harga per kilogram sarang walet di Tiongkok mencapai Rp37 juta per kilogram.
Selain sarang burug walet, menurut Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo, Indonesia dan Tiongkok juga sepakat untuk membahas kembali masuknya manggis dan bungkil Indonesia yang juga tersendat memasuki pasa Tiongkok.**
Hal itu terungkap dalam rangkaian pertemuan  Menteri Pertanian RI Suswono  dengan mitranya Menteri Pertanian Tiongkok Han Changfu, demikian  ungkap Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo kepada Antara di Beijing, Sabtu.
 Kedua pihak sepakat untuk menelusuri kembali kendala teknis yang dihadapi, dan berupaya mencari titik temu agar sarang burung walet Indonesia dapat memasuki pasar Tiongkok dengan aman.
  Indonesia dan Tiongkok sebelumnya telah bersepakat untuk memasarkan produk sarangn burung walet di dalam negeri Tiongkok. Namun, sejak kesepakatan itu dilakukan sarang burung walet Indonesia belum dapat dipasarkan di Tiongkok dengan alasan higienitas. Â
Kementerian Perdagangan menyatakan ekspor sarang walet Indonesia ke Tiongkok dilarang untuk sementara waktu karena ditemukan kandungan nitrit pada produk tersebut.
 Penemuan kandungan nitrit yang berlebihan dianggap membahayakan dan didapati dari sejumlah sarang burung yang mayoritas impor dari Indonesia. Terkait itu, kedua pihak akan membahas hal yang terkait, termasuk batas untuk standar nitrit yang boleh terkandung dalam sarang burung walet.
Sarang walet yang belum diperiksa menggunakan Radio Frequency Identification (RFID) belum bisa dikirim ke luar negeri. Harus disertifikasi dulu dan hingga kini sudah ada tujuh perusahaan yang dapat sertifikasi dari badan karantina guna dapat mengirimkan sarang burung walet ke luar negeri termasuk Tiongkok.
Sebelumnya, ekspor sarang burung walet sudah bisa dilakukan tanpa melalui perantara Malaysia setelah Indonesia-Tiongkok menandatangani kesepakatan ekspor sarang walet.
Potensi ekspor sarang walet Indonesia ke luar negeri berjumlah sekitar 200 ton per tahun dimana harga per kilogram sarang walet di Tiongkok mencapai Rp37 juta per kilogram.
Selain sarang burug walet, menurut Duta Besar RI untuk Tiongkok merangkap Mongolia Soegeng Rahardjo, Indonesia dan Tiongkok juga sepakat untuk membahas kembali masuknya manggis dan bungkil Indonesia yang juga tersendat memasuki pasa Tiongkok.**