Manado, (ANTARA Sulut) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) mengembangkan bahan bakar alternatif bioetanol dari nira aren yang banyak terdapat di Kabupaten Minahasa Tenggara.
"Pengembangan bioetanol ini dimulau dengan memberikan sejumlah alat penyulingan kepada kelompok usaha di Minahasa Tenggara agar bisa menghasilkan bioetanol dengan kualitas baik," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut, Benny Nongkan di Manado, Rabu.
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan. Bahan bakar tersebut dinilai memiliki keunggulan antara lain mampu menurunkan emisi karbondioksida (CO2) hingga 18 persen.
Penyerahan alat penyulingan bioetanol ke kelompok usaha di Kabupaten Minahasa Tenggara itu merupakan yang pertama di Provinsi Sulut.
"Dengan bantuan ini diharapkan bioetanol yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dengan volume lebih banyak," kata Benny.
Ia mengatakan Minahasa Tenggara memiliki lahan pohon aren yang cukup luas sehingga diharapkan dapat menghasilkan bioetanol yang nantinya bisa dijual ke industri untuk berbagai macam kebutuhan.
"Selama ini pohon aren hanya digunakan untuk membuat minuman cap tikus saja, padahal bisa dikembangkan untuk lainnya, yaitu bioetanol, yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi," katanya.
Selain untuk industri, bioetanol juga bisa digunakan rumah tangga untuk memasak. Dengan berbagai keunggulannya dibandingkan dengan minyak tanah.
Minahasa Tenggara berpeluang mengembangkan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif sehubungan dengan kian terbatasnya bahan bakar minyak.
Benny mengatakan energi alternatif seperti bioetanol diharapkan dapat menjadi jawaban permasalahan kian terbatasnya sumber daya alam berupa minyak.
Dirinya optimistis masyarakat akan merespon baik pengembangan bioetanol itu. "Semua harus berpikir dari sekarang bagaimana mencipatakan energi alternatif. Tentunya DPRD dan pemerintah harus mendukung sepenuhnya dari sisi regulasi, investasi serta segi pembangunan dan infrastruktur," kata Benny.
(guntur/@antarasulut.com)
"Pengembangan bioetanol ini dimulau dengan memberikan sejumlah alat penyulingan kepada kelompok usaha di Minahasa Tenggara agar bisa menghasilkan bioetanol dengan kualitas baik," kata Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulut, Benny Nongkan di Manado, Rabu.
Bioetanol merupakan bahan bakar alternatif yang diolah dari tumbuhan. Bahan bakar tersebut dinilai memiliki keunggulan antara lain mampu menurunkan emisi karbondioksida (CO2) hingga 18 persen.
Penyerahan alat penyulingan bioetanol ke kelompok usaha di Kabupaten Minahasa Tenggara itu merupakan yang pertama di Provinsi Sulut.
"Dengan bantuan ini diharapkan bioetanol yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik dengan volume lebih banyak," kata Benny.
Ia mengatakan Minahasa Tenggara memiliki lahan pohon aren yang cukup luas sehingga diharapkan dapat menghasilkan bioetanol yang nantinya bisa dijual ke industri untuk berbagai macam kebutuhan.
"Selama ini pohon aren hanya digunakan untuk membuat minuman cap tikus saja, padahal bisa dikembangkan untuk lainnya, yaitu bioetanol, yang memiliki nilai tambah yang lebih tinggi," katanya.
Selain untuk industri, bioetanol juga bisa digunakan rumah tangga untuk memasak. Dengan berbagai keunggulannya dibandingkan dengan minyak tanah.
Minahasa Tenggara berpeluang mengembangkan bioetanol sebagai bahan bakar alternatif sehubungan dengan kian terbatasnya bahan bakar minyak.
Benny mengatakan energi alternatif seperti bioetanol diharapkan dapat menjadi jawaban permasalahan kian terbatasnya sumber daya alam berupa minyak.
Dirinya optimistis masyarakat akan merespon baik pengembangan bioetanol itu. "Semua harus berpikir dari sekarang bagaimana mencipatakan energi alternatif. Tentunya DPRD dan pemerintah harus mendukung sepenuhnya dari sisi regulasi, investasi serta segi pembangunan dan infrastruktur," kata Benny.
(guntur/@antarasulut.com)