Manado (ANTARA) -
Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara, Ady Candra menargetkan produksi perikanan tangkap naik hingga 30 persen pada 2023.
"Saat ini produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPS Bitung sebanyak 52.086 ton," kata Ady di Manado, Kamis (22/12).
Kenaikan target produksi pada 2023, menurut dia, karena akan memasuki era baru dalam penangkapan ikan.
"Menteri Kelautan dan Perikanan sudah mencanangkan tahun depan adalah aktivitas kegiatan penangkapan ikan terukur," katanya.
Menurut dia, ada dua hal yang ditekankan Menteri Kelautan dan Perikanan, yaitu sistem kontraktual dan mengimplementasikan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pascaproduksi.
Selama ini, kata dia, pelaku usaha membayar pajak lebih dulu baru kemudian melakukan aktivitas penangkapan ikan, tetapi ke depan pelaku usaha membayar pajak dulu sesuai dengan yang ditangkap.
"Hal ini lebih berkeadilan dan mendorong orang untuk lebih banyak beraktivitas menangkap ikan terutama yang berbasis di Bitung," katanya.
Data PPS Bitung, produksi perikanan tangkap terbesar yaitu jenis cakalang yakni sebesar 42,5 persen atau sebanyak 22.114.225 kilogram, disusul tuna sebesar 27,7 persen atau sebanyak 14.433.400 kilogram.
Berikutnya, jenis layang sebesar 18,7 persen atau sebanyak 9.751.644 kilogram, tongkol sebesar 7,9 persen atau sebanyak 4.081.482 kilogram, dan lainnya sebesar 3,2 persen.
Kepala Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung, Sulawesi Utara, Ady Candra menargetkan produksi perikanan tangkap naik hingga 30 persen pada 2023.
"Saat ini produksi perikanan tangkap yang didaratkan di PPS Bitung sebanyak 52.086 ton," kata Ady di Manado, Kamis (22/12).
Kenaikan target produksi pada 2023, menurut dia, karena akan memasuki era baru dalam penangkapan ikan.
"Menteri Kelautan dan Perikanan sudah mencanangkan tahun depan adalah aktivitas kegiatan penangkapan ikan terukur," katanya.
Menurut dia, ada dua hal yang ditekankan Menteri Kelautan dan Perikanan, yaitu sistem kontraktual dan mengimplementasikan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pascaproduksi.
Selama ini, kata dia, pelaku usaha membayar pajak lebih dulu baru kemudian melakukan aktivitas penangkapan ikan, tetapi ke depan pelaku usaha membayar pajak dulu sesuai dengan yang ditangkap.
"Hal ini lebih berkeadilan dan mendorong orang untuk lebih banyak beraktivitas menangkap ikan terutama yang berbasis di Bitung," katanya.
Data PPS Bitung, produksi perikanan tangkap terbesar yaitu jenis cakalang yakni sebesar 42,5 persen atau sebanyak 22.114.225 kilogram, disusul tuna sebesar 27,7 persen atau sebanyak 14.433.400 kilogram.
Berikutnya, jenis layang sebesar 18,7 persen atau sebanyak 9.751.644 kilogram, tongkol sebesar 7,9 persen atau sebanyak 4.081.482 kilogram, dan lainnya sebesar 3,2 persen.