Manado, 16/5 (AntaraSulut) - Wakil Presiden (Wapres) RI Boediono mengatakan ada tujuh wilayah di Indonesia yang terkena dampak kerusakan laut.
"Ke-tujuh wilayah tersebut Sumatera, Sulawesi, Laut Jawa, Bali, Lombok, Papua Bagian Utara dan Kepulauan Maluku," kata Boediono saat membuka World Coral Reef Conference (WCRC)di Manado, Jumat.
Kata Boediono, Sumatera dan Sulawesi kedua daerah yang terkena dampak paling besar dari kondisi kerusakan laut. Dan kerusakan ringan dan sedang terlihat di Laut Jawa, Bali, Lombok, Papua Bagian Utara dan Kepulauan Maluku.
Boediono mengatakan pada tahun 2010 lalu, suhu laut terasa lebih hangat dari biasanya. Perubahan suhu itu yang merupakan indikasi perubahan iklim global, menyebabkan timbulnya kerusakan karang koral dalam jumlah besar di seluruh Asia Tenggara.
"Sementara itu, tidak sedikit pula kerusakan yang disebabkan oleh ulah langsung manusia, polusi maritim tak terkendali, pembuangan limbah kapal di perairan Asia Tenggara, penangkapan ikan berlebihan dan dekstruktif, termasuk di perairan Indonesia, perlu kita tangani bersama," jelasnya.
Katanya, hampir 60 juta penduduk Indonesia hidup di daerah garis pantai dan merupakan populasi manusia dengan jumlah terbanyak di dunia yang terkait dengan terumbu karang.
"Dengan kondisi ini, dapat dipahami bahwa Indonesia sangat rentan terhadap degradasi koral, karena besarnya ketergantungan terhadap terumbu karang," katanya.
Dengan adanya Kegiatan internasional World Coral Reef Conference (WCRC) di Manado saat ini, diharapkan dapat membuahkan hasil konkrit dalam upaya melestarikan dan mengelolah terumbu karang yang berkelanjutan.
Wapres Boediono membuka kegiatan WCRC di Manado, dan langsung meninjau kantor CTI.***1***
"Ke-tujuh wilayah tersebut Sumatera, Sulawesi, Laut Jawa, Bali, Lombok, Papua Bagian Utara dan Kepulauan Maluku," kata Boediono saat membuka World Coral Reef Conference (WCRC)di Manado, Jumat.
Kata Boediono, Sumatera dan Sulawesi kedua daerah yang terkena dampak paling besar dari kondisi kerusakan laut. Dan kerusakan ringan dan sedang terlihat di Laut Jawa, Bali, Lombok, Papua Bagian Utara dan Kepulauan Maluku.
Boediono mengatakan pada tahun 2010 lalu, suhu laut terasa lebih hangat dari biasanya. Perubahan suhu itu yang merupakan indikasi perubahan iklim global, menyebabkan timbulnya kerusakan karang koral dalam jumlah besar di seluruh Asia Tenggara.
"Sementara itu, tidak sedikit pula kerusakan yang disebabkan oleh ulah langsung manusia, polusi maritim tak terkendali, pembuangan limbah kapal di perairan Asia Tenggara, penangkapan ikan berlebihan dan dekstruktif, termasuk di perairan Indonesia, perlu kita tangani bersama," jelasnya.
Katanya, hampir 60 juta penduduk Indonesia hidup di daerah garis pantai dan merupakan populasi manusia dengan jumlah terbanyak di dunia yang terkait dengan terumbu karang.
"Dengan kondisi ini, dapat dipahami bahwa Indonesia sangat rentan terhadap degradasi koral, karena besarnya ketergantungan terhadap terumbu karang," katanya.
Dengan adanya Kegiatan internasional World Coral Reef Conference (WCRC) di Manado saat ini, diharapkan dapat membuahkan hasil konkrit dalam upaya melestarikan dan mengelolah terumbu karang yang berkelanjutan.
Wapres Boediono membuka kegiatan WCRC di Manado, dan langsung meninjau kantor CTI.***1***