Chicago (ANTARA) - Harga emas merosot tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menghentikan kenaikan dua sesi berturut-turut karena dolar menguat setelah data inflasi AS kian panas memicu ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh Federal Reserve.

Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, anjlok 23,2 dolar AS atau 1,33 persen menjadi ditutup pada 1.717,40 dolar AS per ounce, mengembalikan kenaikan sekitar 20 dolar AS atau lebih dari 1,0 persen dalam dua sesi sebelumnya.

Harga emas berjangka terkerek 12 dolar AS atau 0,69 persen menjadi 1.740,60 dolar AS pada Senin (12/9/2022), setelah menguat 8,40 dolar AS atau 0,49 persen menjadi 1.728,60 dolar AS pada Jumat (9/9/2022), dan tergelincir 7,60 dolar AS atau 0,44 persen menjadi 1.720,20 dolar AS pada Kamis (8/9/2022).

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya yang dipimpin oleh euro, mencapai tertinggi intraday 109,49, naik untuk pertama kalinya dalam lima sesi, didukung oleh data IHK dan ekspektasi suku bunga yang lebih hawkish.

"Emas hancur setelah laporan inflasi yang membakar, benar-benar mengatur ulang ekspektasi investor tentang kapan Fed akan mengakhiri siklus pengetatan mereka," kata Ed Moya, Analis di platform perdagangan daring OANDA.

Harga logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 36,9 sen atau 1,86 persen, menjadi ditutup pada 19,491 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober turun 20,5 dolar AS atau 2,27 persen menjadi ditutup pada 883,70 dolar AS per ounce.



 

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Harga emas anjlok 23,2 dolar, dipicu dolar kuat pascainflasi AS tinggi

Pewarta : Apep Suhendar
Editor : Guido Merung
Copyright © ANTARA 2024