Manado, 7/5 (AntaraSulut) - Kepala Bidang Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Albert Nicholas mengatakan, Kesejahteraan petani sub sektor tanaman holtikultura di daerah tersebut mengalami peningkatan di bulan April 2014.
"Peningkatan kesejahteraan tersebut terlihat pada angka Nilai Tukar Petani (NTP) pada April 2014 sebesar 105,00 tumbuh 1,04 persen dari bulan sebelumnya hanya 103,92," ujar Albert Nicholas, di Manado, Rabu.
NTP sub sektor tanaman holtikultura di Sulut pada Maret 2014 tercatat 103,92, menandakan kesejahteraan petani di sektor tersebut sangat baik.
"Perubahan ini terjadi akibat indeks diterima petani 1,64 persen yakni melebihi indeks yang dibayar hanya 0,60 persen," katanya.
Jika dilihat dari sisi pengeluaran petani terlihat besarnya indeks harga konsumsi rumah tangga petani mengalami peningkatan yakni sebesar 0,65 persen, hal ini juga terjadi pada indeks biaya produksi dan penambahan barang modal meningkat sebesar 0,35 persen.
"Indeks konsumsi rumah tangga yang meningkat lebih disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,99 persen," jelasnya.
Sedangkan dari indeks diterima petani, kata Albert berasal dari komoditi seperti cabai merah 5,96 persen, bayam 3,79 persen dan terong panjang 3,79 persen, menunjukkan perubahan indeks cukup besar.
"Sedangkan wortel, nangka dan kunyit memberikan persentase penurunan relatif besar yakni masing-masing -20.00 persen, -18,26 persen dan -11,99 persen," jelasnya.
Nilai NTP pada sub sektor tanaman holtikultura di atas angka 100 mengindikasikan bahwa secara umum kemampuan daya beli sub sektor ini bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan tahun dasar 2012.
"Peningkatan kesejahteraan tersebut terlihat pada angka Nilai Tukar Petani (NTP) pada April 2014 sebesar 105,00 tumbuh 1,04 persen dari bulan sebelumnya hanya 103,92," ujar Albert Nicholas, di Manado, Rabu.
NTP sub sektor tanaman holtikultura di Sulut pada Maret 2014 tercatat 103,92, menandakan kesejahteraan petani di sektor tersebut sangat baik.
"Perubahan ini terjadi akibat indeks diterima petani 1,64 persen yakni melebihi indeks yang dibayar hanya 0,60 persen," katanya.
Jika dilihat dari sisi pengeluaran petani terlihat besarnya indeks harga konsumsi rumah tangga petani mengalami peningkatan yakni sebesar 0,65 persen, hal ini juga terjadi pada indeks biaya produksi dan penambahan barang modal meningkat sebesar 0,35 persen.
"Indeks konsumsi rumah tangga yang meningkat lebih disebabkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,99 persen," jelasnya.
Sedangkan dari indeks diterima petani, kata Albert berasal dari komoditi seperti cabai merah 5,96 persen, bayam 3,79 persen dan terong panjang 3,79 persen, menunjukkan perubahan indeks cukup besar.
"Sedangkan wortel, nangka dan kunyit memberikan persentase penurunan relatif besar yakni masing-masing -20.00 persen, -18,26 persen dan -11,99 persen," jelasnya.
Nilai NTP pada sub sektor tanaman holtikultura di atas angka 100 mengindikasikan bahwa secara umum kemampuan daya beli sub sektor ini bisa dikatakan lebih baik dibandingkan dengan tahun dasar 2012.